Tak Cepat Diobati, Alergi Bisa Ganggu Kecerdasan Anak

 

Foto ilustrasi alergi pada bayi (Freepik)

Alergi merupakan penyakit yang biasanya berkaitan dengan faktor genetik. Orang tua yang memiliki alergi, dapat menurunkan alerginya kepada anak, meski bentuk alerginya berbeda. Namun, tanpa didahului dengan riwayat keluarga, seorang anak juga bisa mengalami alergi.

Gejala alergi yang banyak terjadi pada bayi dan anak, biasanya berupa gangguan pada kulit, seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan biduran, serta asma dan diare.

Guru Besar FK Universitas Indonesia dan Konsultan Alergi Imunologi serta anggota IDAI, Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) menjelaskan bahwa alergi pada anak harus segera memeroleh penanganan yang tepat sejak dini. Karena alergi dapat menimbulkan berbagai masalah. Selain kesehatan yang terganggu, alergi juga mengakibatkan tumbuh kembang anak tidak optimal.

Misalnya saja, pada anak yang mengalami alergi makanan sehingga harus berpantang, kecukupan nutrisinya sangat mungkin terganggu. Padahal nutrisi merupakan modal dalam proses tumbuh kembang anak. 

"Apalagi kalau membabi buta pantangnya. Enggak boleh makan ini, enggak boleh makan itu. Akhirnya hanya makan tahu tempe, tidak mendapat asupan protein hewani, hal ini bisa saja membuat anaknya jadi malnutrisi, pertumbuhannya terganggu," kata Prof. Zaki di acara Instagram Live Kata Pakar Ayahbunda, Senin, 5 Oktober 2020. 
 


Selain masalah nutrisi, kata Prof. Zaki, alergi yang tak kunjung sembuh juga membuat anak menjadi lesu, kelelahan dan perkembangan otaknya terganggu. "Kalau anak sering garuk-garuk (karena alergi), tidak bisa tidur, bagaimana bisa tumbuh dengan baik?" katanya. 

Saat anak garuk-garuk karena gatal akibat alergi, itu berarti di dalam tubuhnya terdapat histamin yang dapat memengaruhi otak. Dalam istilah kedokteran disebut chronic fatigue syndrome yaitu penyakit kelelahan kronis akibat alergi. Kondisi ini menyebabkan anak menjadi lesu dan lelah dan otaknya menjadi tidak berkembang. 

Selain itu, alergi juga berdampak terhadap perekonomian keluarga, karena umumnya diperlukan biaya yang tak sedikit untuk menjalani terapi dan membeli obat. 

Alergi yang tak segera ditangani sejak dini, dapat pula berlanjut hingga anak dewasa. "Itu kalau istilah kedokteran namanya allergic march. Itu makanya perlu ditangani dengan baik sejak dini supaya alerginya bisa dihentikan dan tidak berkembang sampai anak dewasa," kata Prof. Zaki. 

Allergic march adalah kondisi perjalanan alamiah alergi pada anak sejak usia dini hingga menjelang akhir usia 18 tahun. 

Apa yang harus dilakukan jika anak mengalami alergi?
Berikut saran dari Prof. Zaki:
- Kenali pencetusnya
Misalnya, apakah anak mengalami gejala alergi setelah makan telur? Jika telur dicurigai sebagai pencetus alergi, coba hindari mengonsumsi telur setidaknya dua hingga minggu.

Kemudian lihat bagaimana reaksi tubuh anak. Apakah alergi tidak lagi muncul atau masih berlanjut. Apabila gejala alergi tidak terjadi, kemungkinan telur adalah pencetus alergi pada anak. Namun jika masih terdapat reaksi alergi meski sedang tidak makan telur, berarti Bunda dan Ayah perlu menganalisa lagi apa penyebab alerginya. 

Apabila sudah memeroleh pencetus atau penyebab alergi, harus dihindari agar reaksi alergi tidak terjadi.

- Lakukan tes alergi di laboratorium

- Konsultasikan dengan dokter ahli untuk mendapatkan saran medis dan penanganan alergi.

Bunda dan Ayah juga dapat menyaksikan video penjelasan Prof. Zaki tentang alergi pada anak di IGTV @ayahbunda atau klik link ini

ALI

 



Artikel Rekomendasi