5 Cerita Ibu Hebat yang Membuat Jakarta Lebih Baik

 

Penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua PKK Fery Farhati.

Puncak acara ajang penghargaan Ibu Ibukota Awards sudah digelar Desember 2019 lalu. Namun sosok dan cerita inspiratif dari para perempuan penggerak kebaikan masih terus dikenang. 

Ibu Ibukota Awards diselenggarakan untuk memberikan apresiasi kepada para perempuan di Jakarta yang berkarya demi kebaikan dan kemajuan lingkungan sekitarnya. Ajang ini diinisiasi oleh Ibu Fery Farhati selaku Ketua PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) bersama tiga organisasi lain yang ia pimpin, yaitu Dewan Kerajinan Nasional Daerah, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jakarta, dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Jakarta.

Sebelum acara puncak, tim seleksi Ibu Ibukota Awards telah menjaring ratusan kisah inspiratif dari para perempuan penggerak kebaikan di penjuru Jakarta. Jumlah tersebut kemudian disaring menjadi 21 nominator dan akhirnya ditetapkan lima orang sebagai penerima penghargaan. Berikut ini profil lima pemenang penghargaan Ibu Ibukota Awards 2019.

1. Hadiana - Penggerak Pendidikan
Perempuan yang berdomisili di Tanjung Barat Jakarta ini mendapat penghargaan Ibu Ibukota Awards dalam bidang Pendidikan. Cerita #AksiHidupBaik Hadiana berawal pada tahun 2004 ketika ia mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di rumahnya sendiri. 

Namun di tahun 2007, banjir Jakarta menghanyutkan semuanya. Di saat sampah sisa-sisa banjir menumpuk, Hadiana justru mendapatkan ide cemerlang. Berbekal kecintaannya membuat hasta karya, Hadiana menyulap sampah-sampah tersebut menjadi beragam barang kerajinan dan alat permainan edukatif (APE). 

Dalam perjalanannya mengawal pendidikan anak usia dini, Hadiana sempat dinyatakan lolos sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2014 -profesi yang ia idam-idamkan sejak lama. Pada saat itu, Hadiana mengalami dilema apakah melanjutkan PAUD yang telah dirintisnya atau merengkuh impian sebagai PNS. Dengan yakin, Hadiana akhirnya memilih PAUD dan mengembalikan status PNS kepada negara.

Salah satu bagian yang tak kalah inspiratif dari sosok Hadiana, yaitu ia ingin semua orang dapat mengakses PAUD. Sehingga membayar biaya sekolah dengan botol bekas pun ia terima.
Hadiana mendapat penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang gerak pendidikan. Foto: Alika

2. Sere Rohana Napitupulu - Penggerak Lingkungan
Alasan utama Sere aktif melakukan gerakan pelestarian bumi adalah supaya generasi penerus memiliki lingkungan yang layak ditinggali. 

Sejak 2016, tak terhitung kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan Sere. Mulai dari mendirikan Bank Sampah Malaka Asri, bercocok tanam tanaman toga dan bahan makanan, hingga mengembangkan Air Lindi menjadi bioaktivator untuk memperbaiki nutrisi tanah. 

Bank Sampah besutannya kini mulai diduplikasi ke tujuh lokasi di Jakarta Timur dan bekerja sama dengan pihak perbankan dalam pengelolaan keuangan nasabah bank sampah. 

"Saya ingin merawat Bumi ini demi masa depan anak dan cucu saya nanti," demikian prinsip perempuan yang juga meraih juara provinsi dan Duta Urban Farming. 
 
Sere Rohana Napitupulu mendapat penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang gerak pelestarian lingkungan . Foto Alika

3. Tati Leliana Purba - Penggerak Kerajinan
Perempuan yang akrab disapa Leli ini meraih penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang Kerajinan. Leli mengajarkan anak didiknya, penyandang tunarungu dan tunawicara di Sekolah Luar Biasa (SLB) 6 Jakarta untuk membuat kerajinan yang diberi nama Tama. 

Tama adalah akronim dari 'tangan' dan 'mata' yang bermakna keterbatasan mendengar dan berbicara bukan halangan untuk terus menghasilkan karya. 

Prinsip Leli, "Orang harus membeli produk buatan anak didik saya karena memang berkualitas, bukan karena kasihan."

Berkat ketelatenan dan kepiawaian Leli mengajar, SLB tempat ia mengajar menempati 10 besar SLB terbaik di Indonesia. 

 
Tati Leliana Purba penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang gerak pengembangan kerajinan. Foto: Alika
4. Hartuti - Penggerak Kesejahteraan Keluarga
Siapa bilang menjadi aktivis perubahan hanya dilakukan mereka yang berada di usia produktif? Hartuti, Penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang Penggerak Kesejahteraan Keluarga, sudah berusia 76 tahun. 

Hartuti yang tinggal di Pulau Sabira, bergerak memberdayakan masyarakat dalam mengolah hasil laut. Ia menanamkan prinsip pada masyarakat agar tak berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah. 

Berbekal pengetahuan mengolah dan strategi penjualan hasil laut yang melimpah, mengantarkan perekonomian Pulau Sabira bertumbuh. 

Hartuti juga turut andil mengembangkan penunjang kesehatan melalui Posyandu dan mendirikan PAUD hingga taman baca. Ketulusannya membuat ia dicintai masyarakat hingga dipercaya menjadi Ketua RW 03 sejak tahun 1991. Ia tak ingin Pulau Sabira semakin sejahtera. 

 
Hartuti penerima penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang penggerak kesejahteraan keluarga. Foto: Dok. Istimewa

5. Margareta Sofyana - Penggerak Kesehatan
Rendahnya kesadaran masyarakat di Cempaka Putih, memantik tekad Margareta Sofyana untuk bergerak. 

Margareta bukanlah seorang dokter atau tenaga medis, tapi ia merupakan kader paliatif yang menginginkan agar akses kesehatan dapat dinikmati secara adil oleh semua kalangan. 

Sebagai kader paliatif, Margareta bertugas memberikan perawatan pada pasien-pasien yang tak lagi mendapat pengobatan medis. Kebahagiaan terbesarnya adalah saat semangat juang untuk sembuh muncul dari pasiennya. 

"Membantu orang lain itu tidak perlu kaya. Saya bukan orang kaya tapi saya bisa memberi. Memberi dengan tenaga dan pikiran saya," ujarnya.  
 
Margareta Sofyana menerima penghargaan Ibu Ibukota Awards bidang gerak kesehatan. Foto: Alika

Baca juga: Ibu Ibukota Awards, Penghargaan untuk Perempuan Penggerak Kebaikan di Jakarta


(Alika Rukhan)

 



Artikel Rekomendasi