Cerita Ahli Gizi, Banyak Pasien Naik Berat Badan di Masa Pandemi

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama setahun ini telah mengakibatkan berbagai perubahan dalam kehidupan kita. Salah satu perubahan yang banyak terjadi adalah perubahan pola makan. Apakah Bunda juga mengalaminya? 

Menurut cerita ahli gizi Dr. Diana Suganda, M. Kes, Sp.GK, selama satu tahun terakhir, banyak pasien baru yang berkonsultasi dengan keluhan kenaikan berat badan. 

Hal tersebut terjadi karena pola makan yang berubah di masa pandemi Covid-19, disertai dengan menurunnya aktifitas fisik karena peraturan karantina/isolasi mandiri. 

"Dari 10 pasien, 5 pasien mengeluhkan kenaikan berat badan," kata Diana di acara Forum Ngobras Bersama Frisian Flag, Senin, 22 Maret 2021.

Menurut Diana, di masa karantina, orang-orang cenderung memesan makanan tinggi kalori dan rendah serat. Sekali dua kali mungkin tak terasa, namun apabila ini menjadi kebiasaan dan berulang sampai setahun, tak heran jika berat badan naik signifikan. 

"Malas masak, pesan makanan. Dan biasanya, makanan yang kita pesan itu tinggi kalori, garam, karbo sederhana, dan rendah serat. Juga gula. Kopi-kopi kekinian atau boba, banyak sekali gulanya," kata Diana. 

"Coba, berapa banyak di antara kita yang pesan makanan daring, tapi pesannya sayur kayak gado-gado atau salad? Pasti yang enak-enak. Apalagi ada promo. Kebayang sehari, dua hari, lalu setahun," tambahnya. 

Studi membuktikan perubahan pola makan di masa pandemi Covid-19
Dalam laporan Jurnal Medika Hutama, yang ditulis oleh Karina Belinda Ardella dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 4 Oktober 2020, menyebutkan bahwa penurunan tingkat aktivitas fisik di masa karantina menyebabkan peningkatan perilaku sedenter (kurang gerak). 

Gaya hidup sedenter dapat meningkatkan nafsu makan yang dikaitkan dengan perubahan hormonal, mediator saraf, dan pola metabolisme glukosa. Selain itu, nafsu makan juga dapat dipengaruhi oleh stres yang ditimbulkan oleh karantina mandiri di rumah selama pandemi. 

Perubahan pola makan tersebut cenderung mengarah pada perilaku makan berlebihan dengan pilihan makanan yang tinggi kalori. 

Sebuah studi menyatakan terdapat peningkatan asupan makanan yang digoreng dan makanan manis yang signifikan saat karantina mandiri selama pandemi COVID-19.

 
Forum Ngobras Bersama Frisian Flag, Senin 22 Maret 2021


Beralih ke pola makan sehat
Kenaikan berat badan yang dapat berujung pada obesitas atau kegemukan, bukan hanya persoalan penampilan fisik, tetapi juga masalah kesehatan. Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab berbagai penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes, hipertensi, kolesterol, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan stroke. 

"Coba kita lihat nanti Riskesdas 2021, pasti PTM naik signifikan. Setahun pandemi ini sangat berpengaruh. Dan bisa jadi pandemi tidak hanya setahun, tapi bertahun-tahun," ujar Diana. 

Maka itu, perlu diupayakan perubahan kebiasaan untuk mengadaptasi pola makan yang sehat bagi diri dan keluarga. 

"Kita harus atur pola hidup sehat. Sesuaikan dengan pola gizi seimbang dan komposisi makanan," pesan Diana yang juga merekomendasikan beberapa langkah pola makan sehat seperti berikut:

- Terapkan Isi Piringku dengan mengatur konsumsi 50 persen buah dan sayur, 50 persen karbohidrat dan protein. 

- Atur waktu makan menjadi:
* Jam 07.00 - 08.00 sarapan
* Jam 09.00 - 10.00 selingan/snack dengan menu tinggi serat dan padat gizi
* Jam 12.00 - 13.00 makan siang 
* Jam 15.00 - 16.00 selingan/snack tinggi serat dan padat gizi
* Jam 18.00 - 19.00 makan malam. 

"Hindari camilan yang tinggi kalori. Pilihlah camilan sehat, bisa buah, susu, atau kacang-kacangan," ujar Diana. 

- Minum air minimal 2 liter per hari 

- Jangan lewatkan sarapan 

"Sarapan penting untuk mendapat asupan gizi sehingga konsentrasi kita baik. Meski meeting di rumah, tetap harus sarapan," ujar Diana. 

Kandungan gizi pada menu sarapan tetap harus lengkap dan seimbang, ada karbohidrat untuk konsentrasi dan juga protein. Bisa simple food seperti roti gandum dengan telur, smoothie bowl dengan yogurt dan kacang-kacangan. 

- Konsumsi susu
Susu merupakan sumber protein hewani, dengan skor DIAAS (Digestible Indispensable Amino Acid Score) yang sangat baik. Ini adalah skor yang menilai seberapa besar suatu bahan makanan dicerna tubuh. Skor susu tinggi sekali.

Makanan yang perlu dihindari atau dikurangi
"Kurangilah makanan-makanan yang tinggi garam, gula sederhana, dan lemak jenuh, apalagi lemak trans. Misalnya makanan bersantan, gorengan, jeroan, junk food. Makanan seperti ini memicu inflamasi pada tubuh, membuat kita rentan terhadap infeksi," pesan Diana. 



ALI

 

 

 



Artikel Rekomendasi