Selektif Memilih Daycare

 

Daycare bisa jadi pilihan tempat mengasuh anak selama ayah dan bunda bekerja. Ini cara memilih daycare terpercaya untuk mengasuh anak selama anda bekerja.

Ibu harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan habis, biasanya 3 bulan setelah persalinan. Bayi usia 3 bulan tidak mungkin dibawa ke kantor setiap hari. Belum tentu juga dapat dititipkan kepada keluarga, apalagi jika lokasi antara rumah, rumah keluarga dan kantor jauh. Dalam situasi seperti ini, ibu bekerja biasanya dilematis: tidak tega meninggalkan anak tapi harus berkomitmen untuk kembali ngantor. Sangat masuk akal apabila para bunda ini memilih day care sebagai tempat untuk menitipkan bayinya. Namun, tantangan lain yang mungkin muncul saat menitipkan anak di day care: sikap tidak mau “repot” mengasuh anak selama di rumah, karena day care yang baik akan memberikan rasa aman pada orang tua dan anak. Ada seorang ibu yang berpendapat, “Ah, usia 6 bulan sampai 3 tahun itu polah anak lagi heboh-hebohnya. Masukkan saja ke day care, biar pengasuh di sana saja yang menghadapi polahnya!”.  Pendapat ini tentu bukan alasan yang “tepat” menitipkan anak ke day care. Terutama jika Anda sebenarnya punya waktu cukup untuk mengasuh anak.  Ayo, kaji kembali niat dan tujuan menitipkan anak ke day care!

Waktu Terbaik. Tidak sedikit pakar berpendapat, usia ideal anak bisa dititipkan di day care adalah usia 6 bulan ke atas. Mengapa demikian? Di usia 6 bulan, anak sudah mulai bisa merangkak, lulus ASI eksklusif dan mulai mengkonsumsi MPASI (Makanan Pendamping ASI). Tapi, bagaimana dengan jika di usia 3 bulan, ibu harus kembali bekerja, setelah cuti melahirkan usai? Psikolog perkembangan anak, Anna Surti Ariani, Psi, menegaskan tidak ada usia ideal atau minimal untuk menitipkan anak di day care. Bayi usia berapa pun bisa kapan saja dititipkan di day care. Namun, untuk usia 3 bulan, ibu punya ‘PR’ mencari day care yang bisa merawat bayi usia 3 bulan. Termasuk memastikan day care terpilih, mendukung program ASI Eksklusif dan mendukung Anda dengan manajemen ASI. Jadi bayi terjamin hanya mendapatkan ASI perah tanpa dicampur makanan atau minuman lain.

Day Care dan Hubungan Ibu-Anak. “Menitipkan anak di day care selama jam kerja, bisa menghambat hubungan antara Anda dengan bayi!”. Tidak selamanya benar pernyataan ini, Bunda! Apabila anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang secara cukup di tahun pertama kehidupannya, pada umumnya akan tumbuh semacam basic mistrust dalam diri anak. Jadi dengan atau tanpa menitipkan anak ke day care, anak akan tumbuh dengan kekurangan rasa cinta. Untuk itu, pastikan kebutuhan emosional anak terpenuhi sejak hari pertamanya! Interaksi antara Anda dengan bayi tentu bisa dilakukan sebelum dan sepulang anak dari day care. Asalkan kualitas interaksi “penuh” dan intens, tidak akan ada istilah bayi lupa pada ibunya atau bayi lebih cinta pengasuh di day care. Pusat utama rasa aman anak tetap ada di tangan orang tua terutama ibu. Bedanya, dengan menitipkan anak di day care anak mendapatkan pengasuhan dan perawatan selama ibu bekerja dengan tenaga ahli yang berpengalaman. Plus, kecil kemungkinan bayi dan balita pengasuhannya “terganti” oleh televisi, karena kegiatannya terprogram. Apabila Anda cemas bahwa hubungan Anda dan anak menjadi renggang dengan menitipkannya di day care, tak perlu segan berkonsultasi pada pengelola dan staf pengasuh. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan pihak day care, Anda tak hanya menemukan solusi untuk atas kecemasan Anda, para staf dapat memberikan pendekatan yang sesuai dengan kondisi Anda dan anak.

Baca juga:
Babysitter vs. Day Care
Jeli Pilih Day Care
Kakek-Nenek Ikut Mengasuh
Menyewa Tenaga Pengasuh Balita
Tak Perlu Tergantung pada Pengasuh

 



Artikel Rekomendasi