Ayo Dukung Sikap Mandiri Anak

 

Anak ingin melakukan segala hal sendiri. Mampukah ia? Mereka cuma minta kebebasan untuk mencoba sesuatu.

Seorang bocah dua tahun dua tahunan menuang air putih dari teko ke dalam gelas. Tiba-tiba gelas menggelinding dan isinya membasahi seluruh permukaan meja. Kecelakaan itu ditanggapi ibunya dengan tenang. Toh anaknya belajar bahwa jika kurang hati-hati saat menuang air mengakibatkan air berceceran di mana-mana.

Sikap ibu ini patut dicontoh karena mendukung penanaman sikap mandiri anaknya. Apa yang terjadi pada bocah itu adalah ciri universal anak-anak usia dua tahun. Mereka ingin melakukan semua hal sendiri, seperti dilakukan orang dewasa.

Berkembangnya ego. Pada usia ini keingintahuan dan ego anak berkembang pesat, sehingga anak dengan yakin menolak bantuan orang dewasa. Dr . Jorg Kaspar Roth , psikoanalis dari Munich, Jerman, mengatakan pada fase ini anak merasa sangat bangga bila dapat mencoba sesuatu, menguasai tubuh dan kemampuannya.

Ketidakpercayaan orang dewasa pada kemampuan anak dalam usia perkembangan yang sedang pesat-pesatnya ini bisa membunuh kemandiriannya.

Dimulai di usia dua tahun. Yang khas pada anak usia dua tahun adalah keinginan yang besar untuk melakukan semua hal sendiri. Di usia ini anak sangat egosentris (mementingkan diri sendiri) dan narsis (mencintai diri sendiri). Seorang anak batita mulai memutuskan sendiri pakaian yang akan dikenakannya. Ia sangat senang bila tidak dibantu orang lain.

Memutuskan dan melakukan semua hal sendiri merupakan cara anak-anak batita menunjukkan egonya. Cara lain adalah menunjukkan kebolehan mereka agar orang lain kagum. Ciri lain anak-anak usia ini adalah kagum pada diri sendiri. Ia sangat senang memandang dirinya di cermin. Melalui cermin ia dapat melihat keterampilan dan kemampuannya dengan jelas.

Jangan mencela. Bila anak diberi kesempatan mencoba, kekacauan di rumah lambat laun berkurang, karena ia makin terampil melakukan sesuatu. Coba lihat, walau baru berusia tiga tahun, Anika terbiasa membantu ibunya menata meja tamu, memasang taplak dan meletakkan vas dengan tepat. Ibu Anika berani mempercayai putrinya membawa vas beling sendiri ketika ia telah mahir berjalan. Setiap kali ia berhasil membawa benda pecah-belah itu dengan selamat, sang ibu memujinya.


 



Artikel Rekomendasi