Balita 5 Tahun: Gandrung Super Hero

 

Secara alami, anak-anak balita meniru beberapa hal yang dimiliki superhero idola mereka, seperti tidak merasa takut, bisa memanjat, tak terkalahkan atau selalu menang dan lain-lain. Tak pelak lagi, balita mengidentifikasikan diri dengan si pahlawan idola. 

Memasuki usia prasekolah, balita 5 tahun mulai menghadapi kehidupan nyata. Bisa jadi ia jagoan yang tak menangis apabila jatuh dan selalu menghabiskan makanan, tetapi untuk menyelesaikan tugas prakarya di kelas ia selalu nomor buntut. Atau, sebaiknya, si 5 tahun mungkin paling kecil postur tubuhnya dibandingkan teman seusia, namun ia paling gesit bergerak dan selalu rapih mengerjakan tugas-tugas di TK.

Tentu saja kekecewaan dan kesedihan dialami balita 5 tahun dengan menyadari kekurangannya. Juga ketika balita menyadari bahwa superhero bukanlah realita. Fase seperti ini memang harus ada dalam kehidupan balita yang sebelumnya tak dapat membedakan kehidupan nyata dengan dunia khayal di layarkaca. Meskipun demikian, sikap tak dapat menerima kenyataan dan sedih berlebihan bukanlah jawaban yang tepat dalam menyikapi situasi ini.
 
Bangkitkan rasa percaya diri. Menghadapi kenyataan bahwa dirinya tak terampil seperti teman-temannya, orang tua perlu memberi motivasi. Beri pemahaman bahwa untuk dapat menguasai beberapa ketrampilan dan kemahiran balita harus banyak berlatih. Namun, untuk beberapa hal memang balita harus belajar menerima.

Hal utama yang harus menjadi perhatian orang tua, dalam “pergulatan” balita menghadapi kenyataan adalah “menyelamatkan” keyakinan diri anak. Mungkin saja kekecewaan mencederai rasa percaya dirinya, sehingga orang tua sangat perlu menjelaskan perbedaan antara dunia khayal dan realita.

Anda juga dapat berdiskusi untuk menggali cara balita memandang dirinya. Terlebih ketika mendapati dirinya tidak atau kurang sempurna. Ketika balita menyatakan ciri atau sifat yang kurang positif, Anda dapat “mengalihkan” alur agar arah diskusi lebih menggali sisi positif diri. Beri penjelasan sederhana agar ia memahami bahwa dalam kenyataan memang tidak ada yang benar-benar sempurna, termasuk diri Anda. 

Bangkitkan rasa percaya diri dengan memberi reward terhadap kesuksesan-kesuksesan kecil, seperti kemampuannya menanggulangi masalah kerapihan, atau menyelesaikan tugas prakarya. Bisa berupa macam-macam, di antaranya dengan memajang hasil karyanya, dan tentu juga memberi pujian. Sebagai role model, Anda juga perlu memberi contoh, bagaimana Anda sendiri “menerima” ketidaksempurnaan diri. Tentu saja “kesuksesan” Anda dalam menerima diri sendiri serta keadaan akan mempermudah balita memahami bahwa dalam dunia nyata menjadi tidak sempurna adalah sesuatu yang wajar dan normal.
 
 

 



Artikel Rekomendasi