Balita Pasif Tapi Agresif

 

Pasif tapi agresif? Bisa jadi! Pasif agresif adalah perilaku seseorang yang mengekspresikan kemarahan yang tidak dapat mereka ekpresikan secara verbal dengan melawan dari belakang.

Hindari bernada tinggi saat menegur anak, agar ia tidak merasa terintimidasi, merasa tidka aman dan kemudian memicu perlawanan secara diam-diam. Cermati apakah perilakunya memang bisa menimbulkan kerusakan atau berbahaya. Bila memang Anda tak ingin terjadi kerusakan, minta barang itu baik-baik. Misalnya, “Dik, maaf ya, kasihan Kakak kalau bukunya rusak. Nanti kaka nggak bi sabelajar.” Pahami bahwa anak memang sedang berada pada tahap melawan. Ia akan melawan dengan cara apapa pun, termasuk dengan cara ‘diam-diam’.

Jangan terpancing membalas kemarahan balita dengan marahan Anda pula, seperti menghukumnya dengan memukul. Gunakan konsekuensi positif seperti, “Kalu kamu tidak merusak buku kakak, nanti sore kamu boleh jalan-jalan di taman dengan ibu.”

Hargai perasaan anak karena mengekspresikan perasaan adalah hal yang sangat manusiawi, termasuk rasa marahnya. Sampaikan empati Anda, “Adik marah, ya? Ditegur memang tidak enak. Tapi Bunda harus menegurmu, karena buku kakan tidak boleh digulung. Bisa rusak.” Ajarkan pula bahwa ia boleh punya perasaan marah dan perlu belajar mengenali penyebabnya. Misalnya, “Aku marah. Soalnya tadi Bunda galak.” Dengan begitu. Ia akan terbiasa mengekspresikan emosi secara normal, secara tanpa lewat ‘jalan belakang’.

Dengarkan pendapatnya,
meski terdengar aneh dan tak logis sekalipun. Anak harus tahu bahwa pendapatnya Anda dengarkan dan ia punya peran penting dalam keluarga. Bila argumentasinya, “Adik Cuma mau gulung-gulung buku kakak. Nggak rusak, tuh!” anda tetap harus mengatakan, buku bisa rusak jika digulung. Ia tidak boleh melakukannya lagi.

Beri pujian
saat ia mematuhi larangan atau permintaan Anda. Pujian positif bahi usahanya tanpa melihat hasilnya, dapat mengangkat self-esteem-nya.

Ajarkan anak kendalikan emosi.  Anak-anak memang polos, termasuk ketika mengungkapkan perasaanya. Saat marah ia bisa mengamuk tak terkendali, bila senang ia akan melompat-lompat. Ajarkan cara mengendalikan kemarahannya dengan mengungkap marah secara verbal-bukan merusak, menarik napas panjang untuk meredakan marah. “Kalau Mia marah, coba deh ikut ibu tarik napas dalam-dalam seperti,” gunakan buku atau cerita tentang marah, atau gunakan boneka mainan, misalnya memakai boneka yang sering dipakai anak untuk melampiaskan kemarahannya, dengan berdialog pura-pura. “Aku marah sama kamu. Lain kali kamu ngomong baik-baik, ya!”
 

 



Artikel Rekomendasi