Waspadai Intaian Malaria pada Ibu Hamil

 

Penyakit malaria memang sering dipandang sebelah mata. Padahal, korban yang berjatuhan sudah cukup banyak. Masalahnya, korban yang paling rentan terinfeksi malaria selain anak-anak, adalah ibu hamil. Jenis parasit yang biasa menumpang pada tubuh mereka juga yang paling jahat, yaitu Plasmodium falsiparum .

Derita ganda
. Memang, agak apes juga bila Anda hamil plus menderita malaria. Bagaimana tidak? Perubahan fisiologis saat hamil, seperti perubahan hormon, peningkatan jumlah cairan tubuh, serta penurunan kadar hemoglobin, justru akan memperberat malaria yang sedang Anda derita. Dan, korbannya bukan cuma Anda, namun juga janin Anda.

Kondisi terberat terjadi bila Anda tertular malaria pada trimester pertama dan kedua. Sebab, bagian yang paling disenangi oleh parasit malaria adalah plasenta (ari-ari), sumber makanan janin. Biasanya, bagian yang kosong dari jonjot-jonjot plasenta akan dipenuhi parasit malaria. Dan, serangan parasit ini akan membuat saluran makanan menuju janin mengecil atau rusak sebagian. Jatah makanan ke janin pun dikorting, atau bisa-bisa malah tak terkirim.

Akibat. Jika ibu hamil terserang malaria, pertumbuhan janin akan terhambat. Bisa jadi, janin juga gugur. Memang, parasit Plasmodium falsiparum sering menyebabkan kontraksi rahim. Kalaupun janin cukup beruntung dan bisa survive, sekitar 20-40% bayi dari penderita malaria akan memiliki berat badan lahir rendah. Bukan cuma itu. Bayi yang tak tahu apa-apa itu juga akan membawa beban berupa infeksi malaria dalam tubuh.

Gejalanya tak segera muncul. Timbulnya malaria bukan tanpa gejala. Dan, satu hal yang perlu jadi catatan penting adalah, gejala malaria biasanya tak segera muncul. Bisa 2 minggu, namun bisa juga sebulan kemudian. Ini sangat individual sifatnya. Seseorang yang terinfeksi malaria bisa saja menyimpan parasit malaria dalam organ hati. Ketika kondisi tubuhnya lemah, gejala malaria baru muncul.

Yang mengejutkan, Pusat Pengendalian Penyakit Menular di Amerika menyatakan, tidak tertutup kemungkinan gejala malaria baru muncul setahun kemudian. Kalau sudah begini, siapa sih yang bakal mengira akan tertular malaria setelah sekian lama?

Di samping itu, mereka yang sudah terinfeksi berpotensi untuk menularkan penyakit ini pada orang-orang di sekelilingnya. Caranya? Melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Jika proses tular-menular ini berkepanjangan, bukan tak mungkin ribuan atau bahkan jutaan orang akan terinfeksi malaria.

Harus cepat ditangani. Mengingat dampaknya begitu memprihatinkan, maka penanganan malaria pada ibu hamil harus cepat dan juga tepat. Jadi, begitu Anda agak pucat, kuning, dan suhu tubuh naik, segera ke dokter.

Biar lebih pasti, biasanya dokter akan meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Dan, Anda memang jelas-jelas menderita malaria bila jumlah sel darah merah (hemoglobin) turun, jumlah parasit dalam darah meningkat, serta fungsi hati tidak oke. Agar penanganan lebih intensif, anggap saja Anda menderita malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falsiparum. Malaria jenis ini termasuk yang terberat.

Biasanya Anda akan dimonitor setiap dua jam. Juga, jumlah hemoglobin dan jumlah parasit dalam darah akan diperiksa 12 jam sekali. Ini untuk mengetahui apakah jumlahnya sudah berkurang atau malah terus meningkat.

Repotnya, pemberian obat malaria untuk ibu hamil gampang-gampang susah. Diminum, bisa berbahaya bagi janin. Tak diminum, malaria yang diderita akan makin menjadi-jadi. Jadi, harus ada kiat khusus dalam memilih obat yang paling tepat, serta cara mengonsumsinya.

Nah, memilih obat yang tepat merupakan tersendiri bagi dokter yang merawat Anda. Ia harus menghindari obat-obatan yang kontraindikasi. Juga, pemberian obat harus benar-benar sesuai dosis. Anda juga harus selalu dipantau agar tidak kelebihan atau kekurangan cairan. Lalu, intake gizi harus pula diperhatikan supaya kalori yang butuhkan mencukupi. Akan lebih baik lagi bila Anda juga diisolasi. Dengan begitu, Anda tidak menularkan penyakit ini pada orang lain.

 



Artikel Rekomendasi