Anakku Isap Jempol!

 


Harap waspada, siapa tahu ada yang tidak beres pada diri anak.
 
Bayi baru lahir harus punya refleks  mengisap yang kuat. Refleks ini penting agar ia sanggup memeroleh ASI dan merasakan ketenangan. Refleks mengisap ini secara perlahan menghilang di usia 2 tahun, dan  berakhir di usia 6 tahun.
 
Fase memeroleh kenyamanan dengan cara mengisap ini disebut fase oral. Kalau sudah di atas 2 tahun masih mengisap jempol, itu semata-mata anak butuh ketenangan, ingin mengurangi ketegangan, atau melawan rasa bosan. Masalahnya, kebiasaan ini bisa berlanjut sampai anak masuk prasekolah.
 
Sebagian orang berpandangan bahwa kebiasaan isap jempol akan hilang dengan sendirinya. Tetapi, para ahli kesehatan mulut dan gigi serta psikolog perkembangan menganjurkan agar orang tua segera membantu anak menghilangkan kebiasaan tersebut. Sebab:


-  Di usia 4-5 tahun, akar gigi mulai berubah bentuk, terdorong ke arah depan atau atas, sehingga struktur gigi anak bisa jadi tonggos.

- Struktur akar gigi dan bentuk mulut yang berubah ini menggangu perkembangan bicara anak.

- Menimbulkan masalah dalam hal menggigit dan mengunyah makanan.
 
DAMPAK EMOSI akibat dari mengisap jari. Di antaranya:


- Anak tergantung pada benda-benda yang mendatangkan ketenangan seperti selimut, bantal, dan boneka.

- Tidak disukai teman karena anak yang mengisap jempol tampak pasif dan tidak ingin beraktivitas.

- Anak yang masih mengisap jari akan jadi bahan olok-olok teman di sekolah.
 
BANTU ANAK berhenti mengisap jarinya. Dengan:
 
Pilih waktu yang tepat tatkala tidak ada sumber stres yang dihadapi anak. Seperti pergantian pengasuh, masuk prasekolah, atau kehadiran adik baru. Tanda ia siap berupa:


- Mampu mengendalikan diri, misalnya tak lagi gelisah saat berhadapan dengan orang-orang baru.

- Mulai memahami konsep waktu pagi, siang, dan malam.

- Mengerti hubungan sebab-akibat, seperti mengisap jari bisa merusak gigi.

Hindari konflik, jangan membentak, “Kamu nggak boleh lagi ngemut jempol!” Merasa terancam, si kecil akan menyangkal. Pahami kondisinya, karena anak takkan mengisap jempol bisa ia tidak merasa perlu. Hindari juga hukuman, karena malah semakin membuat perasaannya tidak nyaman.
 
Jelaskan dampak mengisap jempol. Katakan, ia sekarang sudah besar dan giginya akan tumbuh lebih banyak dan kuat. Ajak anak ke dokter gigi dan minta dokter menjelaskan hal serupa kepadanya.
 
Alihkan perhatian pada kegiatan lain bila anak mudah tampak bosan atau gelisah dan mulai mengisap jempol. Misalnya dengan mengajaknya mencoret-coret buku, menyusun puzzle, atau mewarnai gambar. Sebisa mungkin, buat tangannya sibuk.
 
Gunakan cara positif.

- Ungkapkan perasaan bahwa Anda paham betapa eratnya melepaskan jempol dari bibirnya. Tapi Anda yakin, sebagai anak yang sudah besar ia pasti bisa.


- Gunakan buku cerita tentang anak yang berhasil berhenti isap jari.

- Berikan rasa aman dan tenang saat si kecil membutuhkan, dan puji bila ia berhasil tidak mengisap jari.

- Berikan hadiah stiker, tempelkan pada kalender sebagai penanda ia berhasil tidak mengisap jempol. Setelah terkumpul beberapa stiker, beri ia hadiah sesuai keinginannya.

Gunakan sistem pengingat di jarinya. Sepakati bersama anak, misalnya bungkus jari yang biasa diisap dengan plester. Untuk anak perempuan, gunakan cat kuku nontoksik. Jelaskan pada gadis kecil Anda bahwa ia sekarang sudah besar dan boleh mengecat kuku asal tidak isap jempol.
 
Tetapkan aturan, kapan dan di mana ia boleh mengisap jempol. Misalnya, hanya boleh mengisap jempol di kamar tidur, tidak di luar kamar apalagi saat bertamu.
 
Bila semua cara itu tidak berhasil, minta bantuan dokter gigi. Dokter gigi anak punya cara untuk melindungi gigi anak sekaligus membuat si kecil tak nyaman mengisap jempolnya.
 
Sabar, sabar, dan sabar. Semua cara yang Anda kerahkan memang tak bisa berhasil dalam sekejap. Bila buah hati Anda memang betul-betul mengalami kecemasan, minta bantuan psikolog untuk mencari sumber cemasnya. (ES)

 

 



Artikel Rekomendasi