Sikap Altruistik Itu Sudah Ada Sejak Bayi

 

Foto: shutterstock



Apakah kebaikan hati dibawa sejak lahir? Kapan sikap altruistik terbentuk?

 

Masih adakah orang yang benar-benar mau menolong dengan tulus tanpa pamrih di zaman now? Kita kerap curiga kalau ada orang yang berbaik hati. “Paling demi konten. Paling supaya viral. Paling ada maunya. Pansos…”

 

Di zaman orang mulai sinis akan adanya kebaikan, baiknya kita cari tahu dan kembangkan kebaikan yang ada pada diri anak-anak kita semaksimal mungkin. Tak perlu pedulikan kata orang, dan tak perlu unggah kebaikan kita di media sosial.

 

Sebuah riset dilakukan terhadap 96 bayi dalam rentang usia 19 - 20 bulan di AS. Eksperimen ini ingin menguji apakah bayi mau membantu orang asing yang butuh bantuan. Menggunakan berbagai jenis buah, peneliti mempresentasikan buah untuk setiap anak, bicara penuh semangat tentang buah itu, kemudian menjatuhkannya di dekat anak. Berdasarkan kelompok, peneliti akan meraih buah itu dan gagal lalu membiarkannya. 

 

Dalam kelompok di mana peneliti berjuang untuk meraih buah dan bayi lebih mudah meraih dan menyerahkannya kepada peneliti. Peneliti kemudian menguji untuk melihat bagaimana hasilnya pada kelompok anak yan belum makan. Uji coba dilakukan pada jam makan anak. Ternyata hasilnya, ketika lapar pun anak-anak itu mengembalikan buah yang jatuh kepada peneliti, memprioritaskan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri. Inilah inti dari altruisme atau sikap menolong tanpa pamrih. 

 

Mengapa sikap altruis itu penting? “Altruisme itu penting dipelajari karena altruisme adalah salah satu aspek paling khas dari menjadi manusia. Ini adalah bagian penting dari tatanan moral masyarakat.” Demikian pendapat Rodolfo Corges Barragan, Ph.D. dari Universitas Washington. “Kami orang dewasa saling membantu ketika kami melihat orang lainyang membutuhkan dan melakukan ini bahkan jika ada ongkos dari kami. Kami ingin menguji akarnya dari bayi,” lanjutnya. 


Apa selanjutnya? Menurut Barrgan pengalaman keluarga dan kondisi sosial tertentu yang membedakannya. Penelitian selanjutnya sangat dibutuhkan untuk lebih memahami apa yang bisa meningkatkan perilaku altruisme pada anak kecil. Kalau kita bisa menemukan caranya untuk meningkatkan perilaku ini pada anak-anak kita, ini bisa menggerakkan kita menuju masyarakat kita yang lebih peduli. (IR)

 



Artikel Rekomendasi