6 Cara Mengatasi Rasa Cemas pada Anak

 

123RF

Yang bisa cemas bukan hanya orang dewasa. Anak-anak terutama balita, paling sering merasa cemas. Banyak hal bisa menjadi penyebab kecemasannya, karena kemampuan kognitifnya yang belum dapat memahami berbagai situasi baru atau perubahan.  Seperti; disapih setelah masa 2 tahun ASI, ditinggal bunda pergi ke kantor, ada pengasuh baru, belajar tidur sendiri, dan pertama kali masuk kelompok bermain.  Kondisi ini bisa menimbulkan ketegangan pada anak. 

Sebagai orangtua, bunda jangan mengabaikan perasaan anak. Kecemasannya jangan dianggap sepele, namun juga jangan dibesar-besarkan.  Kenali sumber kecemasan anak, lalu bantu dia mengatasinya.  

1. Mulai tidur sendiri..
Usia dua tahun merupakan saat tepat melatih kemandirian anak dengan tidur sendiri. Tidur sendiri di usia ini tidak harus langsung tidur di kamarnya sendiri, tetapi tidur di kasur yang terpisah dari orang tua, meski masih dalam satu kamar. Jelaskan sebabnya ia harus di kasur terpisah; ia sudah mulai besar, sudah tidak cukup satu ranjang bersama ayah dan bunda. Ia perlu pindah ke tempat tidur yang lebih nyaman, miliknya sendiri. Untuk mempermudah prosesnya, ajak anak memilih sendiri tempat tidur atau gambar spreinya sendiri. 

2. Ditinggal orangtua bekerja..
Separation anxiety atau kecemasan saat berpisah ketika Anda meninggalkan anak bersama orang lain di rumah. Ini sangat tidak mudah, biasa terjadi pada anak usia 3 tahun. Coba ciptakan ritual yang sama secara konsisten dengan mengatakan kalimat yang menyenangkan, penuh kasih sayang, dan tegas. Yakinkan bahwa Anda akan segara kembali setelah urusan di luar rumah selesai dan jelaskan jam pulang Anda, sambil janjikan kalau ia boleh jadi orang pertama yang membukakan pintu saat Anda pulang. Jangan luluh mendengar rengekan dan tekanan anak. Anak akan melihat kelemahan Anda dan dia akan mengulanginya lagi sampai Anda batal berangkat ke kantor. 

3. Ganti pengasuh..
Sudah cocok dengan pengasuh sebelumnya, eh lalu datanglah orang baru. Agar anak tidak terlalu khawatir, perlahan kenalkan dengan pengasuh baru. Beri waktu mereka untuk saling mengenal. Secara perlahan biarkan pula pengasuh mencari solusi jika ada masalah. Tentu bisa jadi ajang penilaian Anda juga kan. Lakukan secara perlahan namun konsisten ya, bunda.

4. Ketika disapih..
Ini bentuk perpisahan kedua sejak anak lahir. Berhenti menyusu bisa jadi masalah saat ia tidak siap disapih, belum mau kehilangan kedekatan dengan Anda. Ketika menyapih, jangan hentikan total kegiatan menyusuinya. Buat kesepakatan dengan anak, dia hanya boleh satu kali menyusu dalam sehari. Berikan pilihan malam hari agar ia bisa sekaligus belajar tidur terpisah. Gantikan ritual kemesraan saat menyusui dengan kegiatan lain seperti membaca dongeng atau menyanyi bersama sampai anak pulas tertidur.

5. Masuk sekolah..
Sebelum hari pertama tiba, ajak anak ke sekolah untuk mengenalkan lokasinya. Ajak anak main simulasi singkat sampai di sekolah nanti apa yang akan terjadi. Iming-iming paling menggiurkan sudah pasti akan banyak teman bermain dan aneka permainan seru. Buatkan cerita tentang pertama masuk sekolah. Ajarkan juga cara-cara dia mengatur perasaannya ketika berada di tempat dengan banyak orang yang akan membuatnya bingung. 

6. Saat lampu dimatikan..
Anak usia 4 tahun yang sudah harus tidur sendiri di kamarnya, sering takut kamarnya gelap. Ganti lampu besar dengan lampu kecil. Bagi beberapa anak, ruangan gelap bisa membuatnya panik. Cari tahu penyebab ketakutannya. Temani anak ketika lampu kamarnya padam, ajak ia menyesuaikan matanya. Tunjukkan padanya, meski gelap masih ada cahaya masuk dari lampu teras kamarnya.  Bunda juga dapat menciptakan ritual mengurangi penerangan bertahap saat anak mau tidur. 

MON/IR

Baca Juga:

- 5 Tips Mengatasi Anak yang Susah Lepas dari Ayahnya
- Mau Anak Berhenti Ngedot? Simak Tips Ini
- 8 Cara Efektif Mendisiplinkan Anak

 



Artikel Rekomendasi