Hamil Bukan Halangan Bekerja

 

Banyak orang beranggapan bahwa begitu seorang perempuan hamil, kinerjanya cenderung menurun dan fokus sering gagal fokus. Itu sebabnya jarang ada perusahaan mau merekrut perempuan yang sedang hamil. Banyak hal yang dapat Anda atasi agar kehamilan tidak menghalangi Anda untuk bekerja.

Stres, tekanan pekerjaan tinggi dan mood yang berubah-ubah sering membuat performa kerja ibu hamil menurun. DR. Dra. Risatianti Kolopaking, Psi, Msi, psikolog RSIA Hermina, Bekasi memberi saran untuk mengatasinya.

 
  1. Kenali diri Anda sendiri sendiri terutama  ketika performa kerja Anda mulai terganggu.
  2. Peka terhadap kemampuan atau kapasitas tubuh. Sadarilah bahwa, dalam bekerja dalam kondisi hamil tidak sama dengan ketika Anda tidak hamil. Adalah wajar jika Anda merasa menjadi lebih lambat.
  3. Target sehari-hari tetap perlu dibuat, tapi tidak perlu terlalu ngoyo, sesuaikan dengan tubuh. Konsultasikan dengan dokter Anda secara berkala tentang kondisi kehamilan Anda
  4. Bangun komunikasi dengan atasan dan rekan kerja. Jika Anda merasa tidak sanggup memenuhi target dari atasan, jangan sungkan mengatakannya.
  5. Bedakan rasa lelah dengan rasa malas. Rasa lelah biasanya timbul di waktu-waktu tertentu dan rutin. Sementara rasa malas, berhubungan dengan emosi dan bisa muncul kapan saja.
  6. Jika rasa malas terjadi, cobalah untuk mengalihkan dengan kegiatan lain sejenak, seperti mendengarkan musik, berjalan-jalan atau makan.
  7. Buatlah daftar kegiatan per hari, apa saja yang perlu Anda kerjakan. Sesuaikan dengan waktu makan dan istirahat Anda.
  8. Evaluasi daftar kegiatan itu, sehingga Anda bisa mulai akrab dengan ritme kerja Anda semasa hamil.    

Beberapa ibu hamil juga berbagi tip ketika mereka harus tetap bekerja saat hamil.

“Kalau di pagi hari saya sudah merasa tidak enak, saya memilih untuk tidak masuk kantor karena khawatir akan merepotkan kolega di kantor, apalagi kalau sampai pingsan. Saat hamil ini, saat yang tepat bagi saya mendelegasikan tugas kepada bawahan, persiapan sebelum saya cuti dan memberikan kesempatan padanya untuk belajar.”- Fifi Karamoy, Chief Community Officer sebuah radio swasta di Jakarta.

"Saya selalu membawa air putih, coklat dan permen. Waktu makan saya sesuaikan dengan aktivitas saya hari itu, misalnya kalau ada pekerjaan di siang hari, saya pastikan makan dulu sebelumnya. Kalau tahu akan ada rapat, saya sarapan lebih pagi. Prinsip saya, kerjakan saja semampunya. Saya yang kenal dengan kondisi tubuh, jadi saya tahu kapan harus berhenti sejenak dan kapan harus bekerja lagi.”  - Tenny Rosyaria, Beauty Editor.

“Kalau lelah, saya punya waktu time out sejenak untuk ke pantry  dan saya bisa beristirahat sejenak, mendengarkan musik atau sekadar menenangkan diri. Pekerjaan saya yang sangat berkaitan erat dengan deadline memang berisiko memicu stress. Untungnya tidak begitu, karena saya jalankan saja semuanya dengan tetap berpikiran positif.” - Astri Megatari, Reporter/Presenter stasiun televisi swasta.

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Keguguran Akibatkan PTSD

Apapun penyebab keguguran, pasti menimbulkan perasaan sedih berkepanjangan. Kesedihan ini tak dapat diukur dari lamanya kehamilan. Walau kehamilan baru berusia beberapa minggu misalnya, rasa kehilanga... read more