Gizi dan Stimulasi, Pondasi Prestasi Anak

 

Foto ilustrasi (Freepik)


Seorang binaragawan dan ahli asal Amerika, Jack LaLanne pernah mengatakan "Latihan fisik adalah raja, nutrisi sebagai ratunya. Lakukanlah keduanya, maka Anda akan memiliki kerajaan."

Kerajaan yang dimaksud Jack tentu saja bukan makna yang sebenarnya. Tetapi merupakan kiasan yang berarti kesejahteraan hidup seseorang. Manusia yang sejahtera digambarkan seolah raja. Raja yang merasa puas dengan kehidupannya, baik secara fisik maupun psikologisnya.

Kutipan Jack LaLanne yang terdengar manis tersebut cukup populer hingga kini, mengingatkan banyak orang untuk mempraktikkan dua aspek penting pembangun kesejahteraan hidup, yakni latihan fisik dan makanan bernutrisi. Singkatnya, jika Anda ingin sejahtera, lakukan olahraga dan konsumsi asupan bergizi.

Dalam konsep tumbuh kembang anak, prinsip latihan fisik dan pemenuhan nutrisi juga berlaku. Bahkan harus diperhatikan oleh orang tua, mengingat anak-anak masih berada di tahap tumbuh kembang. Bagi anak-anak, latihan fisik dapat berupa stimulasi atau rangsangan terhadap organ tubuhnya agar berfungsi dan berkembang dengan baik.

Nutrisi dan stimulasi pada anak merupakan dua aspek yang saling berhubungan dan mendukung satu sama lain dalam proses tumbuh kembangnya. Anak harus memeroleh nutrisi dan stimulasi secara setara, tanpa tertinggal atau abai pada salah satunya. Jika tidak, harapan agar anak tumbuh sehat dan cerdas hanya akan menjadi angan-angan belaka.

Untuk memahami lebih lanjut apa saja nutrisi dan stimulasi yang dapat diberikan pada anak dalam mendukung tumbuh kembangnya supaya optimal, mari kita simak penjelasan dokter ahli gizi dan psikolog berikut ini.

Agar anak cukup nutrisi
President of Indonesian Nutrition Association (INA) sekaligus dokter spesialis gizi klinis, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, Sp.GK., menjelaskan bahwa cara mudah untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak adalah dengan memberikan menu yang bervariasi setiap hari. Karena masing-masing makanan memiliki kandungan berbeda-beda yang saling melengkapi dan mendukung tumbuh kembang anak.

"Semua zat gizi harus dipenuhi. Tapi jangan khawatir, kita bisa memenuhi semua zat gizi dari makanan bervariasi. Makan itu harus berganti-ganti. Misalnya pagi ini makan telur, siang makan daging atau ayam. Karbohidratnya juga berganti-ganti, bisa nasi, kentang, jagung. Dengan begitu kita jadi dapat zat gizi yang bervariasi," kata Dr. Luci di acara virtual "Dukung Anak Generasi Maju Tumbuh Maksimal, Sarihusada Luncurkan SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC, Kamis 18 Februari 2021.

Sebagai pedoman agar lebih mudah untuk menyajikan menu bergizi pada anak, Dr. Luci merekomendasikan rumus Isi Piringku untuk anak. Terdiri dari 30 persen sayuran, 35 persen lauk (sumber protein), dan 30 persen makanan pokok atau nasi.

 
Foto ilustrasi (Freepik)


Apabila belum yakin apakah makanan yang dikonsumsi anak sudah mencukupi kebutuhan nutrisinya atau belum, teknologi pangan di era modern ini telah membuat inovasi berupa produk makanan yang dilengkapi dengan zat gizi tertentu. Misalnya makanan atau minuman yang diperkaya dengan zat besi.

"Makanan-makanan yang diperkaya zat besi, semua bisa kita manfaatkan," kata Dr. Luci.

Pembahasan mengenai zat besi dipaparkan oleh Dr. Luci mengingat anak-anak Indonesia belum terlepas dari masalah nutrisi yang berkaitan dengan zat besi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami anemia. 50%-60% kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.
 
"Anemia tidak selalu disebabkan oleh zat besi. Tapi anemia salah satunya bisa disebabkan oleh kekurangan zat besi," kata Dr. Luci.

Pada anak yang kekurangan zat besi, sel darah merah di dalam tubuhnya menjadi tidak sempurna, atau kecil dan pucat. Di tahap awal, anak yang kekurangan zat besi tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi apabila dibiarkan terus-menerus kondisi ini dapat berujung pada anemia.

 
Ilustrasi perbandingan sel darah merah normal dan sel darah merah anemia karena kekurangan zat besi. Sumber: Scientific Animations



Selanjutnya, menurut Dr. Luci, kekurangan zat besi - lebih-lebih yang berkembang menjadi anemia - dapat mengakibatkan berbagai dampak merugikan pada anak. Di antaranya, perkembangan otak terhambat, risiko diare dan ISPA meningkat, perkembangan motorik dan koordinasi terganggu, imunitas menurun, hingga prestasi sekolah menurun karena kesulitan untuk fokus.

Untuk mencukupi kebutuhan zat besi anak, banyak makanan yang secara alami mengandung zat besi, seperti daging merah, kerang-kerangan, ikan, hati, sereal yang diperkaya zat besi, kacang kedelai, kacang-kacangan, bayam, biji wijen, tahu, kentang brokoli, seledri, telur, jagung, dan sebagainya. Namun agar penyerapan zat besi di dalam tubuh berlangsung optimal, perlu didukung asupan vitamin C.

“Penyerapan zat besi itu tidak hanya asal zat besi gitu. Jadi dia harus diubah agar bisa diserap. Nah, dengan adanya vitamin C, zat besi diubah. Artinya, kalau kita makan sumber zat besi dengan vitamin C, penyerapannya menjadi lebih baik,” kata Dr. Luci.

Meski Dr. Luci menyoroti masalah kekurangan zat besi, namun yang perlu digarisbawahi terkait pemenuhan kebutuhan nutrisi anak adalah perlunya beragam asupan zat gizi, dan zat besi adalah salah satu yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak.

Stimulasi 5 Potensi Prestasi Anak
Setelah membahas mengenai pemenuhan nutrisi anak, stimulasi yang tepat juga perlu untuk diterapkan dalam mendukung tumbuh kembang anak agar optimal.

Pada kesempatan yang sama, psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., menjelaskan, dalam ilmu psikologi, ada tiga aspek besar dalam tumbuh kembang anak. Antara lain: aspek fisik-motorik, aspek kognitif-bahasa, dan aspek sosioemosional. Namun psikolog yang akrab disapa Nina itu menjelaskan lebih rinci menjadi 5 Potensi Prestasi Anak dalam poin-poin berikut:

Potensi Tumbuh Tinggi
Artinya, anak bertumbuh dan berkembang sesuai tahap usianya.

Cara stimulasi:
- “Untuk tumbuh tinggi, penuhi kebutuhan gizi anak, termasuk zat besi dan vitamin C,” ujar Nina.
- Beri ruang aman untuk bergerak, perbanyak aktivitas fisik.

Potensi Berpikir Cepat
Anak cepat memahami, kritis menilai informasi, banyak ide, lancar bicara.

Cara stimulasi:
- Ajak mengobrol menggunakan bahasa yang dipakai orang-orang di sekitar.

Potensi Percaya Diri
Anak percaya diri bukan yang maunya tampil terus, tetapi dia punya keyakinan terhadap kemampuan dirinya.

Cara stimulasi:
- Buat relasi hangat, banyak senyum dan memeluk.

Potensi Aktif Bersosialisasi
Punya banyak keterampilan sosial, seperti berteman, bekerja sama.

Cara stimulasi:
- Rajin melakukan kontak mata, ajari menebak emosi orang lain.

Tangguh
Anak mampu mengatasi stres.

Cara stimulasi:
- Beri kesempatan pada anak untuk berproses menghadapi kesulitan, hindari terlalu banyak membantu anak.

 
Foto ilustrasi (Freepik)


Menurut Nina, lima potensi prestasi tersebut dapat dicapai anak dengan dukungan fisik yang menerima asupan cukup gizi. Sehingga baik fisik maupun psikis anak sama-sama terpenuhi baik kebutuhan nutrisi maupun stimulasinya.

Inovasi pendukung kebutuhan zat besi anak
Sebagai bentuk kepedulian terhadap isu kekurangan zat besi pada anak-anak Indonesia, Sarihusada Generasi Maju memperkenalkan produk inovasi SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC. Astrid Prasetyo sebagai Marketing Manager SGM mengatakan bahwa langkah ini merupakan bentuk kepedulian SGM terhadap kemajuan generasi muda Indonesia.

“Cukup mengkhawatirkan, karena 1 dari 3 anak indonesia mengalami kekurangan zat besi sehingga terhambat kemajuannya. Kalau dia tidak bisa maju, kemajuan indonesia juga tentunya akan terhambat,” ujar Astrid.

Dikatakan Astrid, kandungan SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC sudah terdapat kombinasi zat besi dan vitamin C sehingga diharapkan dapat membantu mencegah anak mengalami kekurangan zat besi.

Sebagai bentuk dukungan edukasi bagi para orang tua, SGM Eksplor juga meluncurkan platform Sekolah Generasi Maju yang berisi konten-konten terkurasi dari para ahli, seperti video dan artikel yang menyediakan inspirasi dan informasi bagi para orang tua dalam memberikan stimulasi pada anak.

Dengan memenuhi kebutuhan gizi dan memberikan stimulasi tepat, diharapkan kesejahteraan hidup dapat dirasakan oleh semakin banyak anak-anak Indonesia. Sehingga mereka bisa membangun 'kerajaan' di masa depan dan menjadi Generasi Maju. 


 
ALI

 

 



Artikel Rekomendasi