3 Cara Kuno Mengasuh Anak yang Relevan di Masa Sekarang

 

Foto: shutterstock


Setiap orang tua ingin mengasuh anak menjadi anak yang mandiri, tangguh, penuh empati,  dan percaya diri. Tidak dapat dihasilkan dalam sekejap, butuh diulang dan konsisten, dan tanpa berteriak. Mungkinkah?

 

Pakar parenting dan penulis buku Michaeleen Doucleff, Ph.D melengkapi bukunya Hunt, Gather, Parent dengan melakukan perjalanan bersama putrinya yang berumur 3 tahun. Ia mewawancari  keluarga-keluarga dari budaya paling kuno, dan hasilnya ditulis di mindbodygreen.com. Ini yang dia temukan: 

 

1. Jangan mengusir anak kalau dia berminat dengan urusan rumah. “Udah-udah, sana main di luar, jangan ikutan di dapur.” Ini biasa terlontar dari mulut bunda ketika anak ingin ikut membantu di dapur, misalnya mencuci perkakas, atau ingin membantu menyapu. Mereka diusir karena bunda takut semuanya jadi berantakan. Menurut Doucleff, anak mulai punya keinginan untuk berperan dan ambil bagian dalam urusan rumah di usia 6 atau 7 tahun.

 

Doucleff mengatakan, usia berapapun anak ketika dia ingin terlibat dalam urusan rumah, jangan dilarang. Dan orang tua tidak boleh memberi anak tugas yang besar. Ibu-ibu dari suku Maya tahu persis tugas apa yang dapat dilakukan oleh anak di usianya. Berikan apa yang dapat anak lakukan, misalnya memotong sayur atau menyedot debu. Memberi kesempatan pada anak dan mengucapkan terima kasih, lebih penting dibanding pujian. 

 

2. Libatkan anak dalam dunia Anda. Setelah perjalanannya ke Yucatan, Meksiko, Doucleff menyarankan pada orang tua untuk tidak melakukan apa pun di akhir minggu. Tidak ada jalan-jalan, tidak ada pesta, tidak ada play date. Anak-anak dilibatkan dalam urusan rumah. Meski anak-anak juga tetap bisa bermain dengan teman di sebelah rumah mereka, tetapi aktivitas orang tua dan anak digabung. 

 

Orang tua kerap kali membuat acara yang berpusat pada anak; pesta ulang tahun, menari. Ini membuat anak berpikir bahwa tujuan anak di dalam keluarga adalah melakukan kegiatan lain ini. Tetapi kalau Anda mengundang anak ke dalam dunia Anda, anak akan merasa sebagai anggota tim keluarga. Mereka akan tumbuh kesadaran dan senang mencuci piring setelah makan malam bersama, membersihkan meja, membersihkan rumah karena mereka melihat peran mereka di dalam keluarga adalah untuk membantu. 

 

Doucleff tidak mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh belajar menari, tetapi anak-anak tidak perlu terlalu banyak kegiatan yang berpusat pada diri mereka, dan hanya sesekali mengundang mereka ke dalam dunia Anda.

 

3. Buatlah anak berpikir. Saat Anda berbicara dengan anak, berapa kali Anda memberi perintah? Jangan manjat-manjat, jangan pukul adik, makanan jangan dimain-mainin. Doucleff mengatakan, perintah bukan cara terbaik untuk membuat anak melakukan yang benar. Doucleff tidak menemukan itu pada orang tua suku Inuit di Amerika Utara. Ada banyak alat yang digunakan oleh orang tua Inuit yang membuat anak berhenti, lalu berpikir. Misalnya, “Kalau kamu naik pohon itu, kira-kira apa yang terjadi?” Atau “Kalau kamu pukul adikmu, itu akan membuat dia kesakitan.” Tujuannya adalah untuk membuat anak berpikir, dan dia membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Ini mengandaikan anak punya hak pilih dan mencari tahu. Menjelaskan konsekuensi akan lebih baik daripada meminta anak melakukan apa yang Anda katakan. 

 

Doucleff menyarankan Anda untuk mempercayai anak Anda dan menghormati kontribusi mereka. Anak-anak memang manusia kecil, tetapi mereka sedang tumbuh dan bukan berarti mereka tidak bijaksana. Mereka hanya belum mampu mengekspresikan pikiran-pikiran mereka, sehingga butuh dorongan untuk melakukan hal-hal yang benar. (IR)

Baca juga:
- Tak Sebaiknya Mengasuh Anak dengan Cara Kita Diasuh
- 4 Cara Mengasuh yang Merusak Mental Anak
- Mengasuh Anak Ala Mesin Penggaruk Salju
- Mengasuh Tanpa Cemas

 



Artikel Rekomendasi