Anak Mulai Suka Teman Lawan Jenis, Tak Perlu Cemas

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Di usia sekolah dasar, anak biasanya sudah mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenis. Bunda dan Ayah, jangan langsung kaget apabila suatu ketika, mungkin si kecil tiba-tiba bercerita tentang teman sekolah  yang ia sukai. Bahkan bisa jadi, dari bibir mungilnya itu akan meluncur kata-kata tentang 'naksir', 'pacaran', atau mungkin 'menikah'. 

Seperti pengalaman bunda Nunu, ibu dari Monika (bukan nama sebenarnya). Bunda Nunu bercerita bahwa gadis kecilnya yang masih duduk di kelas 3 SD, tiba-tiba berkata: 'Nanti aku mau menikah dengan Y.' 

Tentu saja perkataan Monika itu bikin Bunda Nunu heran sekaligus geli. Bagaimana mungkin anak kecil mengerti tentang pernikahan? Namun setelah ditanyakan, ternyata menikah dalam bayangan Monika adalah dandan dengan make up, pakai baju adat, dan duduk bersama Y. Sontak, cerita ini mengundang gelak tawa keluarga yang mendengar. 'Oh, ternyata begitu pemahaman Monika tentang menikah'. 

Bunda dan Ayah mungkin juga memiliki pengalaman yang serupa meski dengan cerita yang berbeda. Intinya, si kecil mulai menunjukkan gelagat entah dia naksir atau ditaksir temannya. Akan lebih bagus lagi apabila ia tidak hanya menunjukkan gelagat, tapi terang-terangan bercerita kepada orang tuanya. Misalnya: 'Aku enggak berani keluar kelas pas istirahat di sekolah. Kalau aku keluar, aku akan dicubit kakak-kakak kelas yang cewek-cewek itu. Katanya aku mau dijadikan pacar'. 

Menurut psikolog Ajeng Raviando, anak mulai suka pada lawan jenis biasanya terjadi pada usia 10 tahun. Ada juga anak yang lebih awal, yaitu 9 tahun. Dan orang tua tidak perlu khawatir atau langsung menilai anak bertingkah kecentilan, lebay, dewasa sebelum waktunya, dan sebagainya. Karena mulai naksirnya anak pada teman lawan jenis ini adalah bagian dari perkembangan dirinya.
 
Foto ilustrasi (Freepik)

"Enggak perlu cemas juga. Karena ini anaknya sudah mulai memasuki masa pra pubertas. Di fase ini, muncul kesadaran dalam diri anak, kalau ada teman yang naksir, apakah harus naksir juga? Di sini juga merupakan tahap dimana anak mulai berkembang kemampuan konseptualnya. Ingin tahu atau penasaran pacaran itu seperti apa, belum lagi kalau dia sering lihat mama dan papanya sayang-sayangan," kata Ajeng di acara Instagram Live Meet Up Parenting Indonesia, Senin 28 September 2020. 

Rasa ketertarikan anak kepada teman lawan jenis di usia pra pubertas ini, kata Ajeng, bukanlah layaknya orang dewasa. Sederhananya, perasaan naksir pada anak tidak intens atau menggebu-gebu layaknya Romeo jatuh cinta kepada Juliet. Tetapi lebih ke rasa penasaran, ingin tahu pacaran itu seperti apa, termasuk mengekspresikan rasa suka atau kasih sayangnya kepada orang yang ditaksirnya. 

Yang perlu dilakukan orang tua jika anak sudah memasuki fase naksir-naksiran:

- Jangan kaget. Sadari bahwa ini merupakan bagian dari tahap perkembangan anak. 

- Hindari menasihati panjang lebar kepada anak yang menyiratkan bahwa suka pada lawan jenis adalah hal yang negatif. "Biasanya ortu cenderung langsung ingin ceramah ke anak. Tapi jangan. Coba ditanyakan memang menurut kamu pacaran itu apa, sih? Kenapa kamu ingin pacaran?" kata Ajeng. 

Dari menanyakan hal itu, orang tua bisa mengetahui konsep pacaran yang dipahami anak itu seperti apa. Biasanya dorongan yang membuat anak ingin pacaran juga karena ikut-ikutan teman-temannya, atau karena suka ada teman dekat yang bisa diajak bercerita, ditelpon, diajak main, dsb. 

"Kalau belum-belum anak sudah diceramahi duluan, biasanya anak malah enggan bercerita," kata Ajeng. "Akan lebih baik jika anak terbuka pada orang tuanya, daripada ngumpet-ngumpet."

- Jika orang tua sudah mengetahui anak punya teman dekat, jangan langsung diledek. Biasanya anak di usia prapubertas sangat anti diledek. Jadi sebaiknya cukup dipantau dari jauh, sembari memastikan kegiatannya aman terkendali. 

- Orang tua juga tidak perlu melarang anak untuk hanya berteman dengan lawan jenis. Sebab ini akan berakibat terkotak-kotaknya pergaulan anak. 

Pada dasarnya, tugas orang tua adalah mempersiapkan anak untuk tahu cara berkomunikasi yang baik dengan orang-orang di lingkungannya, termasuk menjalin relasi yang sehat dengan lawan jenis.  

Saksikan video wawancara selengkapnya dengan Ajeng Raviando di Instagram TV Parenting Indonesia atau klik link ini. 


ALI

 



Artikel Rekomendasi