Ini Alasan Mengapa Menangis Itu Perlu

 


Bunda ingat, kapan terakhir menangis? Waktu melahirkan? Atau ketika anak sakit? Menangis kerap dikaitkan dengan emosi. Peristiwa menyedihkan yang sangat menekan perasaan, memicu keluarnya air mata tanpa kita inginkan. Adakah manfaatnya menangis?
 
Michael Chen, MD, dokter di New York mengatakan bahwa menangis itu penting untuk membantu seseorang mengelola perasaannya akibat situasi atau peristiwa buruk yang dia alami. Menangis dapat memperbaiki suasana hati dan membuat kita dapat tidur lebih nyenyak, mengurangi peradangan, dan menguatkan system imun tubuh.
 
Sebuah riset telah membuktikan bahwa dengan menangis, tubuh menghasilkan hormon oksitosin dan endorphin yang dapat mengurangi rasa sakit fisik dan psikhis saat kedua hormon itu mengurangi hormon stress adrenocorticotropic.
 
Tidak semudah bayi dan anak-anak, orang dewasa sulit menangis. Menahan tangis dapat berakibat buruk, yaitu depresi kronis, kecemasan, dan buruknya relasi dengan orang lain.
 
Ada 8 alasan mengapa orang dewasa sulit menangis:


- Malu dan tuntutan budaya. Menangis adalah reaksi biologis terhadap kondisi perasaan seperti sedih, marah, dan bahagia.  Saat kita dewasa, kita belajar mengendalikan tangis kita karena dianggap mengumbar perasaan, dan tuntutan budaya yang memengaruhi mudah tidaknya kita menangis dibanding orang lain.
 

- Sterotip gender. Orang dewasa tidak boleh menangis karena dianggap kekanak-kanakan dan cengeng. Laki-laki lebih malang, karena sejak kecil sudah dilarang menangis.
 

- Child abuse. Anak-anak yang mengalami kekerasan fisik memiliki ketakutan untuk menunjukkan perasaannya. Anak-anak yang diabuse sering pula diancam bila mereka menangis. Padahal anak-anak ini mengalami sesak napas ketika harus menahan tangisnya. Takut mengekspresikan perasaan akan menggantikan perkembangan yang sehat dari kesedihan dan tangis yang pantas.

- Masalah emosi. Tangis yang terlalu lama dipendam akan membuat perasaan jadi tumbpul. Sistem limbik yang mengaktifkan respon fight-flight-freeze yang menyangkut bagian otak yang memroses emosi terganggu dan aktivitas saraf yang sehat jadi  lumpuh. Tidak ada yang lebih buruk daripada tidak merasakan apa-apa.
 
- Cemas. Orang yang memiliki social anxiety tidak ingin orang lain melihat dirinya menangis. Mereka tidak mau menangis karena takut dinilai. Orang yang perfeksionistis dan sok mandiri menahan air matanya supaya perasaannya tampak terkendali, padahal sebenarnya rapuh di dalam.

- Gengguan mental seperti schizophrenia dan anhedonia membuat seseorang tidak dapat menangis, atau yang sering disebut afek tumpul. Orang seperti ini tidak dapat menunjukkan perasaannya. Ditandai dengan perasaan yang tumpul dan intonasi suara yang datar, orang seperti ini tidak dapat menampilkan ekspresinya sendiri seperti menangis dan tertawa.

- Mata kering. Juga disebut konjungtivitis, adalah gangguan pada produksi air mata. Kelenjar air mata kurang mendapat informasi ketika seseorang berada pada kondisi emosi yang seharusnya menangis.

- Mengalami trauma. Terkadang intensitas terjadinya peristiwa buruk begitu kuatnya sampai tubuh dan pikiran berada pada tingkat syok sehingga tidak dapat menangis secara spontan. Menangis itu dapat menghilangkan ketumpulan emosi. Tetapi kalau tidak dikeluarkan, kemampuan untuk memroses emosi lain seperti bahagia juga akan semakin sulit.
 
Menangislah!
Jangan ditahan, setidaknya untuk mengurangi tekanan emosi. Air mata dapat menjadi penyebab trauma mencari pelepasan fisik untuk menyembuhkan sakit psikis.
 
Meski menangis bisa menjadi cara untuk melepas stress, tetapi bukan satu-satunya cara. Bicara dengan orang lain – setidaknya psikolog atau professional bila Anda tidak punya orang yang bisa dipercaya untuk menyimpan.
 
Cara lain untuk melepaskan stress adalah meditasi.  Chen mengatakan, nonton film sedih dapat memancing keluarnya air mata. Terkadang lebih mudah bagi seseorang untuk menangisi kesedihan orang lain ketimbang kesedihannya sendiri. Tetapi kalau Anda sulit menangis, Anda bukan satu-satunya orang. Coba temukan komunitas dan bergabunglah dengan orang-orang yang sama seperti Anda.
 
Imma Rachmani

 

 



Artikel Rekomendasi