Ayah, Ini 3 Gejala Depresi Postpartum yang Wajib Diwaspadai!

 


Foto: Pixabay

 

Memiliki bayi baru itu pengalaman luar biasa bagi semua orang tua. Bisa menyenangkan, bikin deg-degan, melelahkan, dan sering kali butuh perjuangan. Namun, bila lebih banyak perasaan negatif yang muncul setelah kehadiran si kecil, bisa jadi sang ibu sedang menuju ke kondisi berbahaya yang disebut depresi postpartum. Sebelumnya mungkin ibu juga mengalami fase baby blues yaitu 'kejatuhan' emosi akibat transisi yang dialaminya, yaitu memasuki kehidupan baru bersama bayi.

"Tanda-tanda dan gejala baby blues termasuk perubahan suasana hati, kesedihan, lekas marah, merasa kewalahan, menangis, gelisah, sulit tidur, konsentrasi berkurang dan nafsu makan meningkat atau berkurang. Tapi, gejalanya hanya berlangsung beberapa hari atau minggu. Jika memburuk, penting untuk segera mencari bantuan profesional," saran Chantell Groenewald, ahli homeopati berbasis centurion dengan minat khusus pada depresi pascapersalinan (PPD).

Apa saja gejala depresi postpartum? Berikut 3 gejalanya...

Gejala 1: Ketidakpedulian atau menangis berlebihan
Kapan harus khawatir?
Chantell mengatakan fluktuasi hormon berjalan seiring dengan emosi yang meningkat. Tetapi, jika ibu terlihat lebih emosional dari biasanya, sering menangis bahkan berlanjut setelah tahap baby blues, kemudian menjadi acuh tak acuh atau menunjukkan ketidakpedulian, saatnya Ayah mewaspadai. Tanda-tanda tersebut bisa menjadi tanda depresi pascapersalinan yang harus segera diatasi.


Cara membantunya?
“Pastikan ibu memiliki support system yang memadai. Pasangan sebaiknya berada di rumah sebanyak mungkin selama beberapa minggu pertama setelah kelahiran. Kalau perlu ambil cuti selama seminggu ekstra atau bekerja dari rumah selama beberapa jam setiap hari. Jika tidak memungkinkan izin dari kegiatan kantor, mintalah seorang teman, nenek, atau saudara perempuan untuk menemani istri di jam makan siang atau selama beberapa jam agar ia bisa istirahat sejenak, ”saran Chantell.



Gejala 2: Tidak tertarik pada hobi dan kegiatan
Kapan harus khawatir?
Ketika pasangan tidak lagi berminat untuk bertemu sahabatnya atau pergi bersosialisasi. Ia memilih untuk menyendiri, meski sebenarnya belum kehilangan minat pada hal-hal favoritnya.


Cara membantunya?
Berlibur bersama keluarga atau mengajaknya bertemu dengan teman maupun menghadiri kegiatan bersama ibu-ibu baru juga bisa sangat membantu. Mungkin ibu tidak bersemangat pada awalnya, tetapi berbicara dengan ibu yang telah mengalami hal serupa akan membantu pasangan Anda menyesuaikan diri dengan kondisi barunya.



Gejala 3: Menambah atau mengurangi nafsu makan
Kapan harus khawatir?
Ibu menyusui biasanya dapat mengonsumsi segala sesuatu yang terlihat karena merasa harus mendapatkan kalori ekstra untuk produksi ASI. Tetapi, jika pasangan terlihat malas-malasan bahkan memilih tidak makan apa-apa sama sekali inilah saatnya Anda mengintervensi.


Cara membantunya?
Chantell merekomendasikan menyimpan makanan sehat yang membuat ibu menyusui bisa ngemil dengan nyaman. Ayah bisa membantu menggantikan popok dan menggendong bayi yang enggan tidur agar ibu sempat membuat sandwich untuk dirinya sendiri. Selain itu Ayah juga bisa sesekali membelikan makanan favorit pasangan agar nafsu makannya kembali membaik.

 

PRIMA SOERATNO


Baca juga:

6 Cara Mengelola Stres yang Dapat Dilakukan Bersama Keluarga
4 Cara Mudah Menjaga Kesehatan Mental

4 Kegiatan Ibu dan Balita untuk Mengusir Stres




 

 



Artikel Rekomendasi