5 Gangguan Pencernaan yang Sering Dialami Anak

 

Gangguan pencernaan pada anak (Foto: Freepik)

Bicara soal kesehatan anak, tentunya tak terlepas dari aspek pencernaannya. Sistem pencernaan yang sehat akan mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Inilah alasan mendasar mengapa kita sebagai orang tua, selalu berupaya menyajikan makanan baik dan bernutrisi untuk anak. 

Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenteropologi Hepatilogi Anak dari RS Pondok Indah - Bintaro Jaya dr. Frieda Handayani K., Sp. A(K), di dalam saluran cerna terdapat 80 persen antibodi dan ratusan juta sel saraf yang membentuk sistem pertahanan tubuh. 

"Sebenarnya usus kita itu kaya sekali, ada 100 triliun mikrobiota membentuk sistem saraf sendiri dan berkomunikasi dengan otak," kata dr. Frieda saat ditemui di Seribu Rasa Menteng, 27 Februari 2020. 

Saluran cerna, menurut dr. Frieda, juga dianggap sebagai otak kedua yang tak hanya terkait dengan kesehatan, tapi juga memengaruhi mood dan perilaku manusia. Itulah sebabnya, ada istilah you are what you eat, karena manusia itu pada dasarnya dibentuk oleh makanan yang masuk ke tubuhnya. 

“Saluran cerna adalah otak kedua kita, dia memengaruhi mood, perilaku, kesehatan, mental dengan menyeimbangakan mikrobiota di pencernaan kita,” ujar dr. Frieda. 

Meski saluran pencernaan ini penting untuk kesehatan anak, sayangnya banyak orang tua yang minim pemahaman untuk menjaganya. Dalam angka, hampir 40 persen dari pasien anak mengalami masalah pencernaan. Menurut dr. Frieda, jumlah pasien anak yang datang kepadanya bertambah.

 
dr. Frieda Handayani K., Sp. A(K)
Apa saja masalah pencernaan yang sering dialami anak?

Diare
Kondisi diare pada anak, dapat dilihat dari frekuensi buang air besar yang meningkat dari biasanya (lebih dari 3 kali dalam satu hari) dengan konsistensi tinja cair. 

Penyebab diare ini bisa beragam, namun yang paling sering adalah infeksi rotavirus (50-60 persen kejadian). Pemicu diare lainnya: alergi susu sapi, terjangkit bakteri atau parasit, keracunan makanan, malabsorpsi, gangguan kekebalan tubuh, dan masalah lain seperti sindrom usus pendek, toksin, antibiotik. 

Konstipasi
Tandanya, frekuensi BAB kurang dari 2 kali seminggu, anak mengedan dan kesakitan saat BAB, dan tinja keras bulat-bulat.

Untuk menentukan penyebab konstipasi, Anda dapat konsultasi ke dokter spesialis anak.

Refluks Gastroesofagal (GERD)
Gejalanya dapat berupa panas di bagian atas dada, sakit saat menelan, sering batuk, serak atau mengi, sendawa berlebihan, mual, asam lambung terasa di tenggorokan, dan gejala refluks memberat bila berbaring. 

Intoleransi Laktosa
Definisi intoleransi laktosa yaitu gejala klinis akibat tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di dalam usus halus akibat enzim laktase yang berkurang. 

Gejalanya berupa diare profus, kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam.

Appendisitis (radang usus buntu)
Gejala: nyeri yang berpindah dari ulu hati ke perut kanan bawah, mual dan muntah, anoreksia. 

Tanda: nyeri di perut kanan bawah, nyeri lepas, demam di atas 37,5 derajat Celcius. 

(Alika Rukhan)

 



Artikel Rekomendasi