Kakak Adik Berantem Terus

 

shutterstock

Cara Anda mendamaikan mereka, akan membuat mereka belajar cara menyelesaikan pertikaian. 
 
Bunda, punya anak satu rasanya sepi. Tapi punya dua anak atau lebih, bisa dipastikan Bunda takkan pernah kesepian karena mereka selalu punya alasan untuk bertengkar.
 
Apa sih, penyebab mereka bertengkar? Apa saja bisa jadi bahan pertengkaran. Bisa dimaklumi karena mereka tinggal seatap, bermain bersama, tidur sekamar, dan mereka berebut perhatian serta fasilitas yang terbatas. Sebentar-sebentar adik mengadukan kakak, karena kakak meminjam mainan nggak bilang-bilang. Si adik merasa terancam, mainannya berkurang. Pasti mereka merasa jengkel, setidaknya satu kali dalam sehari. Kalau nggak berantem, rasanya syukur banget, ya Bunda.
 
Apa yang Anda lakukan saat mereka bertengkar?  Anak laki-laki kalau berantem mengerikan, saling tonjok, bahkan Bunda tidak jarang terkena tonjokan saat memisahkan mereka. Rumah seperti arena perang.
 
Dr. Stephanie Lee, direktur di Pusat ADHD dan Gangguan Perilaku di Child Mind Instutute, AS mengatakan bahwa ini adalah sisi baik. Ketika kakak adik bertengkar, mereka belajar keterampilan sosial yang mereka perlukan dalam kehidupan nyata. Kalau orang tua melihat hal ini sebagai kesempatan untuk mengajar, hasilnya akan baik.
 
Belajar mengatasi konflik dengan saudara kandung secara sehat, mengajarkan anak tentang ‘saling’, penguasaan tubuh, kapan menjad dewasa dan menggunakan kalimat daripada adu fisik untuk menyelesaikan masalah. 
Sering kali kita sebagai orang tua berusaha mendamaikan mereka, menghentikan pertengkaran mereka. Begitu saja, setiap kali terjadi perkelahian. Sebelum itu dilakukan, ada satu langkah yang penting, yaitu mencari tahu akar masalahnya.
Misalnya, kalau anak sering berkelahi soal mainan, amati polanya. Kapan pertengkaran itu terjadi. 
 
Dr. Lee menandai bila pertengkarannya soal mainan lebih sering dilakukan setelah mereka bermain bersama selama berjam-jam, sumber pertengkarannya adalah perhatian. Mereka mencari perhatian dari Anda. “Anak-anak tidak mempersoalkan mainannya. Mereka mencoba memancing perhatian. Kalau aku tendang adik, pasti seseorang datang memberi perhatian.” Kata Dr. Lee.


Beri pujian bila mereka bersikap baik

Mengharga perilaku baik akan mengurangi peilaku buruk. Anda dapat mengubah fokus perhatian pada perilaku anak-anak ketika mereka tidak bertengkar. Bukannya segera memberi perhatian ketika mereka asyik berkelahi.
 
Mampirlah ke ruang bermain anak, dan katakan pada mereka bahwa mereka anak-anak pintar karena bisa bermain bersama. “Wah, kalian pintar lho, bisa main bersama nggak berantem.” Kalau Anda mengatakan itu, anak-anak merasa senang dan akan tetap menjaga suasana tenang.
 
Saran Dr. Lee, setiap kali Anda mendapati mereka bertengkar, Anda harus dapat menemukan mereka bersikap akur bermain bersama sebanyak tiga sampai lima kali. Kita harus mendorong anak-anak untuk mengubah perilaku mereka.



Buat Rencana

Namanya anak-anak, kakak adik pasti akan berkelahi. Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah melatih anak  - selalu anak yang lebih besar – menanggapi secara produktif ketimbang memperuncing perkelahian. Misalnya beritahu anak bila adiknya melemparnya dengan mainan, tanyakan sebabnya. Bila si adik berusaha melawan, minta kakak menyingkir.
 
Jelaskan pada anak juga, bahwa lari ke bunda setiap kali bertengkar berbeda dengan mencari bantuan untuk menyelesaikan masalah. Tapi Anda juga harus selalu waspada ketika anak-anak mulai melakukan kekerasan.
 
Bila selalu ada sumber pertengkaran, buat rencana untuk membantu mengurangi ketegangan. Ada anak yang sumber pertengkarannya selalu sama; siapa duduk di depan saat akan bepergian. Anda dapat membuat kesepakatan, bahwa mereka harus bergantian.
 
Anak-anak harus ingat, kapan terakhir mereka duduk di jok depan. Bila  mereka tidak bisa menepati kesepakatan ini dan bersikeras mau duduk di depan meski bukan gilirannya, anak tidak boleh ikut pergi. Dengan begitu anak punya gambaran akan seperti apa bila mereka bertengkar.
 
Bila sumber pertengkarannya adalah adik yang selalu merebut mainan, buatkan batasan waktunya untuk bergiliran. Setiap anak punya mainannya masing-masing dan punya mainan bersama.
 
Jelaskan pada anak-anak, mainan apa saja yang bisa dimainkan bersama, dan mana yang merupakan mainan kesayangannya. Anak-anak harus sepakat bahwa mainan kesayangan atau favorit tidak boleh dipinjam. Untuk membantu mereka, Anda dapat menempelkan stiker pada mainan mereka yang tidak boleh saling pinjam.   
 
Orang tua menerapkan aturan harus konsisten, tidak boleh membela salah satu pihak, apalagi selalu meminta kakak untuk mengalah. Kecuali anak-anak sendiri sepakat untuk saling bertukar.


Bicara, bukan mengadu
 
Cara lain untuk menciptakan dinamika kehidupan yang positif adalah dengan melaporkan pada Anda perilaku yang baik. Misalnya anak yang lebih besar diminta untuk menceritakan perilaku adik yang baik. Jangan beri kesempatan siapa pun untuk mengadukan perilaku buruk. Misalnya, “Bunda, kakak tadi baik lho, dedek dipinjamin mainannya.” Puji kakak karena melakukan kebaikan. 
 
Jelaskan pada adik, jika dia mendapat kebaikan dari kakak, dia juga harus berbuat baik pada kakak.


Tidak harus selalu adil
 
“Itu nggak adil!” Berapa kali sehari Anda mendengar anak mengucapkan itu ketika Anda membuat aturan main? Misalnya ketika adik sudah harus selesai main, sementara kakak boleh selesai beberapa menit kemudian. Anda punya alasan mengapa memberi tenggat waktu lebih untuk si kakak. Terserah Anda bagaimana memberi pengertian pada adik.
 
Anda dapat berbicara pada si adik mengapa kadang-kadang ia merasa diperlakukan tidak adil, dan bagaimana menerimanya. Anda dapat ceritakan, kondisi tempat kerja Anda. Ada karyawan yang punya hak cuti lebih banyak karena lebih lama bekerja di kantor itu.
 
Kata Dr. Lee, ada anak yang tidak sering lagi berkata “itu nggak adil!” karena peduli keadilan, tetapi karena dengan teriakan itu orang tua memerhatikan mereka.
 
Bagaimana dengan anak berkebutuhan khusus?
 
Dr. Lee mengatakan, gunakan pendekatan yang sama, yaitu memberi perhatian pada hal-hal yang baik. Buat perencanaan dan berikan pujian untuk perilaku yang baik. Berbicaralah secara terbuka tentang betapa pentingnya mereka terhadap yang lain.  Dengarkan dengan seksama perasaan anak-anak. Perilaku yang sulit atau mengganggu tidak akan membuat putus asa – dan kecil kemungkinannya terjadi pembalasan bila anak tahu bahwa itu tidak sengaja.
 
Bersikaplah murah hati dengan dukungan dan dorongan untuk membantu anak untuk tidak melakukan sesuatu yang keterlaluan untuk mendapat perhatian.    
 Bila salah satu anak butuh stiker untuk menguatkan perilakunya, berikan juga pada anak satunya.   Luangkan waktu untuk quality time dengan masing-masing anak secara terpisah untuk memberikan rasa instimewa pada mereka. 
 
Imma Rachmani

 

 



Artikel Rekomendasi