10 Cara Mengajar Bayi Suka Makan

 


 

Foto: shutterstock


Makan harusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan. Merasakan sedapnya makanan, dan perut pun kenyang setelahnya. Perut kenyang, hati riang, snak bebas rewel. Kalau anak tidak suka makan, pilih-pilih makanan, GTM, mestinya ada yang keliru dalam cara pemberiannya. 

 

Pahami perkembangan anak lebih dulu

Usia 2 tahun pertama anak belajar merangkak, duduk, berjalan dan makan. Ketika dia mulai merangkak, banyak hal ditemukan di sekitarnya, yang akan dipegang dan masuk ke dalam mulutnya. Artinya, anak sejak usia 9 bulan sudah dapat memasukkan benda ke dalam mulut - dalam rangka mengenali lingkungan. 

 

Perkembangan kemampuan makan diawali dengan merasai makanan. Mengenali tekstur, mengunyah dan menelan adalah kemampuan selanjutnya. Di masa perkembangan ini, bayi harus punya pengalaman yang menyenangkan, sehingga ia mempunyai keberanian untuk mencoba berbagai rasa dan tertantang untuk mengenal tekstur yang lebih kasar. Bukan jadi anak picky yang neophobia - takut mencoba makanan baru. 

 

Para peneliti yakin bahwa pengalaman pertama bayi makan, sangat menentukan perilaku makannya, apakah itu sehat atau tidak, memengaruhi pilihannya di masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Mengajarkan anak makan itu lebih mudah dilakukan saat bayi daripada ketika sudah berumur 8 tahun. 

 

Yuk Bunda, ikuti tips dari ahlinya, Sally Kuzemchak R.D, seperti yang ditulisnya di parents.com.

 

1. Modifikasi mindset. Mengajar bayi makan tidak bisa berhasil dalam sehari. Sama seperti toilet training, setelah berminggu-minggu pun terkadang anak masih ngompol. Kesukaan anak makan itu tidak dibawa sejak lahir, menurut Karen Le Billon, Ph.D., penulis Getting to Yum: The 7 Secrets of Raising Eager Eaters.   Ia menyebut  proses pencarian rasa makanan baru sebagai ‘latihan rasa’ dan menekankan kesabaran. Peneliti menemukan, anak benar-benar bisa menerima rasa buah dan sayuran tertentu setelah 8 sampai 10 kali dicobakan. Padahal orang tua sudah menyerah ketika baru 3 sampai 5 kali mengenalkan. Lalu orang tua mengatakan bahwa bayinya picky. Ingat ya bunda, kalau Anda menyebut bayi nggak suka makan atau picky, sebetulnya itu masih dalam proses belajar.
 

2. Kenalkan apa saja. Sediakan berbagai makanan dan rasa di 2 tahun pertama. Biasanya anak mulai tidak menyukai makanan baru dan susah menerima makanan baru  di usia 2 tahun. Jadi kalau dia sudah kenal banyak rasa dan jenis makanan, di fase rewel ini mereka masih bisa makan lebih banyak makanan daripada kalau diperkenalkan dengan sedikit makanan. 

 

3. Berbagai tekstur. Ikuti perkembangan oromotornya. Ketika bayi usia 8 bulan sudah menolak bubur halus, berikan bubur bertekstur. Misalnya alpukat tidak lagi diblender, tetapi di lumatkan ala kadarnya. Demikian pun untuk kentang atau ubi kukus, zucchini, lumatkan tanpa blender sehingga bisa dipegang oleh bayi. Riset lain membuktikan bahwa anak usia 7 tahun yang ketika berumur 9 bulan tidak diberikan makanan kasar, makannya sangat sedikit dan mengalami masalah makan dibanding anak anak usia 6-9 bulan yang diberi makanan kasar.

 

4. Ciptakan suasana tenang. Anak yang pemilih makanan, merupakan respon terhadap suasana makan yang tegang. Makan bersama harusnya dilakukan dengan santai, ngobrol, dan bukannya Bunda sibuk menghitung berapa suap yang sudah masuk ke mulut bayi. Ketika Bunda dan ayah fokus pada makanan dan mengapresiasi makanannya sendiri dengan sikap positif, bayi ikut melihat dan merasakan, selanjutnya ia belajar bahwa makan itu kegiatan santai yang menyenangkan. Ciptakan suasana santai, aman, dan gembira saat makan.

 

5. Ubah, kapan Anda menghidangkan apa.  Pagi sarapan ubi kukus, lalu camilannya sup? Nggak masalah, Bunda. Bayi tidak punya ide soal apa akan dimakan kapan.  Ketika orang tua terjebak dalam gagasan ‘makanan dan camilan itu harus seperti apa,' Anda akan terarah pada pilihan makanan yang tidak sehat. 

 

6. Berantakan, biar saja! Bayi belajar makan bukan hanya dengan mulut. Seluruh inderawinya biarkan terlibat. Berikan sedikit makanan di mangkuk, beri kesempatan untuk memegang, meremas, mencium, mengoleskannya di wajah dan mencicipinya. Seluruh wajahnya penuh makanan, jangan buru-buru dibersihkan. Sejak lahir anak sudah melakukan eksplorasi dengan tangan dan mulutnya, jadi biarkan saja berantakan.

 

7. Sajikan buah dan sayur di setiap waktu makannya. Kalaupun tidak selalu berhasil, berikan di jam berikutnya. Pastikan anak selalu ada waktunya untuk makan buah dan sayur. 

 

8. Sampaikan pesan positif. Sejak lahir bayi sudah bisa mendengarkan omongan orang di sekitarnya. Saat ini pun dia sedang belajar bicara dan otaknya memroses bahasa dan percakapan orang di sekitarnya. “Nak, kalau masih mau makan, buka mulutnya. Kalau perut rasanya sudah enak, kenyang, kamu boleh stop.” Atau, “Ini menu makan kita hari ini. Bunda tahu kamu suka ini kan? Tapi kita nggak makan makanan yang sama setiap hari. Kalau kamu suka makanan ini, lain kali akan makan ini lagi.” Kalau pun bayi belum paham apa yang Anda bicarakan, Anda melakukan obrolan makan yang wajar. 

 

9. Abaikan ekspresi buruk wajahnya. Saat Anda memberinya bayam dan dahinya mengernyit, abaikan. Itu bukan berarti rasanya tidak enak. Ada bayi yang dahinya mengernyit tapi tetap menyukai makanannya. Mungkin dia hanya bertanya, “apaan nih?” Kalaupun dia tidak menyukai makanannya, kenalkan lagi lain kali. 

 

10. Fokus pada rasa, bukan makannya. Semakin banyak anak mencicipi makanan, semakin besar kemungkinan untuk menerima dan menikmatinya.  Kalau Anda memintanya untuk mencicipi, artinya makanan itu sampai menyentuh lidah, dan dia tidak harus menelannya. Kalau anak sampai menelan lalu memuntahkannya, Anda tergoda untuk memberinya lagi. Bila dia belum menyukai, Anda bisa mengajarnya untuk meludahkannya. Anak akan senang mencoba bila Anda menyajikannya dalam dua suapan. 


Baca juga
- 10 Kesalahan Pemberian Makan pada Anak
- 4 Penyebab Anak Pilih-pilih Makanan
- 2 Masalah Makan Balita
- Anak GTM Cek Jadwal Makannya

 

 



Artikel Rekomendasi