Tak Kunjung Hamil

 

Foto: Fotosearch
Memang, hingga saat ini, menurut dr. Monika Natasha HW, Sp.OG, dari Rumah Sakit Hermina, Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah, masih banyak orang beranggapan, infertilitas adalah kesalahan atau kelainan dari pihak wanita. “Padahal kenyataannya, faktor pria dan wanita sama-sama bisa berkonstribusi,” katanya.

Secara garis besar, sepertiga infertilitas yang terjadi disebabkan oleh faktor pria atau wanita. Sepertiganya lagi oleh faktor pria dan wanita. Dan sisanya baru oleh faktor yang tak dapat dijelaskan.

Kehamilan memang merupakan suatu proses yang kompleks, yang harus melalui berbagai tahap. Faktor pria dan wanita sama-sama menentukan keberhasilan dari suatu kehamilan. Sebab itu, menurut dr. Monika, pemeriksaan infertilitas harus dilakukan secara cermat dan bertahap. ”Saat konsultasi mengenai infertilitas, baik pria dan wanita diharapkan berkonsultasi bersama, sehingga mendapatkan penjelasan dan pemeriksaan yang lengkap,” katanya.
 
Faktor Pria
Infertilitas karena faktor pria dapat terjadi antara lain disebabkan oleh gangguan produksi sperma, misalnya jumlahnya kurang. Selain itu, bisa juga diakibatkan oleh gerakan sperma yang lambat, sehingga tidak dapat berenang cepat untuk membuahi sel telur. Hal itu karena bentuk sperma yang abnormal, misalnya ekornya lebih pendek. Untuk mengevaluasi masalah  sperma, menurut dr. Monika, maka perlu dilakukan pemeriksaan analisis sperma, yang dapat dilakukan di laboratorium dengan fasilitas yang menunjang.
 
Faktor Wanita
Ada beberapa hal yang dapat menghambat kesuburan wanita, antara lain seperti di bawah ini:
 
Gangguan ovulasi
Setiap bulan, wanita usia subur secara normal akan mengalami ovulasi, yang merupakan proses pelepasan sel telur matang dari dalam indung telur menuju tuba falopi, dan siap dibuahi sel sperma. “Namun, terdapat sekitar 30-40% wanita mengalami gangguan ovulasi tersebut, sehingga memengaruhi kesuburan,” kata dr. Monika. Penilaian ovulasi dilakukan untuk menentukan masa terbaik berhubungan seks, atau masa subur. Selain menggunakan alat khusus yang bisa dibeli di apotik, penilaian itu juga bisa dengan:


1. Menghitung masa subur. Bagi yang memiliki siklus haid teratur, masa subur dapat dideteksi menggunakan rumus standar, yaitu ovulasi rata-rata terjadi pada hari ke-14 sebelum hari pertama dari siklus haid yang akan datang.

2. Mengukur suhu basal tubuh. Sebagai gambaran, suhu basal manusia – suhu tubuh di pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur dan beraktivitas – berkisar 36-37°C. Saat ovulasi terjadi, suhu tubuh secara alami akan meningkat antara 0,4-1°C. Kenaikan itu terjadi ketika indung telur melepas sel telur yang matang, dengan pengaruh hormon progesteron. Puncak masa subur adalah 2-3 hari sebelum suhu basal tubuh mengalami kenaikan tertinggi.

3. Mencermati perubahan mukosa leher rahim. Saat masa subur, mukosa atau lendir tampak lebih bening dan kenyal, seperti putih telur ayam mentah, dan tak akan terputus saat Anda pegang dengan meregangkan kedua jari cukup lebar.
 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Tak Kunjung Hamil

Ketika lama tak punya buah hati, wanita kerap ’dituduh’ menjadi penyebabnya. Bagaimana sebenarnya?... read more