Anak Laki-laki Sehat Emosi, Cegah Toxic Masculinity

 


Anak laki-laki harus tahu bahwa mereka boleh menangis kalau terluka
Anak laki-laki harus jelas menerima pesan ini. Kalau ia menangis karena sakit hati, marah, atau luka karena jatuh, biarkan menangis. Jangan ketika dia menangis lalu kita mengatakan, ‘sudah ah, stop nangisnya, anak laki-laki ngga kelamaan nangisnya.’ Atau, ‘lukanya nggak parah, udah ah diam.’
 
Sikap Anda memberi pesan tersembunyi; rasa sakit yang kamu alami itu nggak perlu ditangisi. Akibat selanjutnya, anak akan berusaha menyembunyikan rasa sakitnya, karena mengatakan pada Anda, itu salah.
 
Anak laki-laki boleh bicara soal perasaannya
Buatlah rumah Anda tempat yang aman untuk anak mengekspresikan perasaannya. Mengungkapkan perasaan tidak akan menunjukkan kelemahan mereka.  Biasakan Anda, orang tua – ayah terutama – mengungkapkan perasaan senang, jengkel, kesal dan marah dengan cara yang baik. “Ih, tadi ayah dibikin marah sama orang yang buang sampah di jalan tol.”
 
Dengan mengatakan ‘ayah marah’ anak akan tahu bahwa Anda marah. Anak akan menggunakan kata marah untuk menjelaskan perasaan marahnya.  Ini merupakan langkah awal bagi anak untuk mengelola emosinya.

Jadi contoh
Meski kita mengatakan pada anak bahwa punya perasaan terntu itu wajar, tapi kalau anak tidak pernah melihat ayah mengungkapkan emosinya, anak tidak percaya. Misalnya ketika Anda – ayah sedih karena ibunya sakit, ayah dapat menunujukkan ekspresi sedih sambil berkata, ‘Sakitnya oma membuah ayah sedih. Ayah kasihan sama oma.’ Kalau Anda menyembunyikan rasa sedih dan tetap mencoba tersenyum, anak bisa salah intepretasi terhadap perasaan sedih.  
 
Anak akan melihat dan meniru ekspresi Anda. Juga dalam hal mengekspresikan emosi.  Bersikaplah terbuka dan biarkan anak tahu bahwa ayah sedang sedih.
 
Hati-hati memperlakukan orang lain
Ini penting terutama saat ayah marah atau sedih.  Kalau Anda bicara ketus pada pasangan saat marah karena ada orang memotong jalur Anda di jalan, anak laki-laki Anda akan berpikir bahwa itu perilaku yang dibolehkan.  Kalau Anda memperlakukan anak perempuan dan laki-laki secara berbeda, anak juga akan menandai itu.
 
Baca: 7 Hal yang Perlu Anak Laki-laki Pelajari dari Ayah

Perhatikan berapa banyak kekerasan yang anak saksikan
Bila terjadi kekerasan, sebisa mungkin anak tidak melihat. Apakah itu tetangga sedang berkelahi, atau dari berita saat anak bersama ayah menonton TV.
 
American Psychological Association menyebut, toxic masculinity sangat berisiko menjadi pelaku KDRT, bermasalah dalam menjalin relasi, di komunitas, dan di media sosial. Itu sebabnya anak laki-laki harus dijauhkan dari adegan kekerasan atau kejahatan baik nyata atau sekadar nonton.
 
Perkenalkan anak dengan pahlawan dengan nilai-nilai yang ingin Anda ajarkan
Kita perlu mendorong anak laki-laki kita untuk membaca banyak buku atau nonton film yang bertema kepahlawanan dari berbagai latar belakang.
Perkenalkan mereka dengan role model yang punya nilai kebaikan. Kalau anak menyukai tokoh-tokoh olagragawan, ceritakan tentang petenis Arthur Ashe yang melawan pembedaan warna kulit di Afrika.
 

 



Artikel Rekomendasi