Orang Tua Hebat di Balik Sukses Anak

 

Foto: shutterstock


Menjadi orang tua hebat tidak dibentuk dalam semalam. Butuh latihan panjang yang memerlukan kesabaran dan konsistensi. 

 

Dr. Erica Reischer yang berbasis di San Francisco menggelar workshop yang dirangkum oleh Psychology Today. Menurut Erica ada 8 hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menjadi orang tua hebat. 

 

1. Realisasi, bukan hanya wacana. Yang dikakukan orang tua hebat adalah tidak hanya berwacana. Ia selalu merealisasikan, berkomitmen dan mengerjakan apa yang sudah diucapkan. Misalnya saja, “Nak, ibu pikir kamu sekarang sudah bisa mulai belajar berenang.” Anak perlu tahu hal itu supaya bisa membangun rasa percaya dirinya. Setelah mengatakan itu dan disetujui anak, orang tua tidak menunggu lama-lama untuk membawa anak ke klub berenang. 

 

2. Mengajarkan anak menerima risiko. Risiko dari setiap perbuatan tidak selalu baik, bila perbuatan itu tidak baik. Orang tua hebat akan membiarkan anak menerima risiko dari perbuatannya bila dia melanggar - selama risiko itu tidak membahayakan hidupnya. Misalnya saja ketika udara dingin tapi anak ngotot tidak mau pakai baju hangat dan celana panjang, biarkan sampai dia merasa bahwa udara terlalu dingin membuatnya tidak nyaman.

 

3. Tidak menghakimi. Anda pasti tidak selalu menyetujui apa yang dilakukan oleh anak. Jelaskan alasannya mengapa Anda melarangnya. Sikap dan bahasa positif  seperti, “Bunda tidak suka kamu lakukan itu karena….” akan lebih efektif dibanding “Kamu ah, kenapa sih? Nggak ngerti dikasih tahu berkali-kali. Bikin bunda pusing.” Kalimat terakhir membuat anak merasa dihakimi dan seolah dia menjadi sumber masalah.

 

4. Ajari anak 3 P; practice, patient, perseverance (berlatih, sabar, tekun). Tiga hal ini adalah kunci sukses. 

 

5. Pujian spesifik. Yang penting bukannya berapa kali sehari Anda memberi pujian, tapi untuk perilaku apa pujian itu. “Kamu sekarang sudah bisa ya, meletakkan mainanmu di tempatnya. Pinter, ayah suka.” 

 

6. Sentuhan positif. Sesederhana tepukan, sentuhan di kepala, pundak. Riset sudah membuktikan, sentuhan positif penting untuk perkembangan anak dan memberikan perasaan bahagia.

 

7. Belajar dari kesalahan dan ‘mencicipi’ kegagalan. Gagal, berbuat salah, merasa kecewa, adalah pengalaman hidup yang penting bagi anak. Ini adalah langkah awal untuk anak menyelesaikan masalah hidupnya. Ajarkan menyelesaikan dengan cara yang bertanggung jawab.

 

8. Tidak memaksa mendisiplin ketika lelah atau lapar. Mandi dulu apa makan dulu? Kalau anak sudah terlalu lapar, diajak mandi pasti rewel dan bisa mengamuk. Tujuan disiplin adalah belajar, jadi anak harus berada pada kondisi fisik dan mental yang kondusif. Mandi adalah bagian dari menjaga kesehatan dan kebersihan diri, hal yang sama pentingnya dengan makan. Tapi anak terlambat mandi tidak akan membuatnya sakit. Sebaliknya, terlambat makan bisa membuatnya bermasalah dengan lambungnya. 

 



Artikel Rekomendasi