Apa Penyebab Benjolan di Areola pada Perempuan dan Laki-laki?

 


Foto: Pixabay

 

Benjolan di areola (area di sekitar puting) dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki. Menurut para peneliti 95% yang mengalami benjolan di areola adalah perempuan. Benjolan ini dapat dipicu oleh infeksi lokal akibat peradangan payudara, seperti abses subareolar nonpuerperal terjadi pada mereka yang tidak menyusui, atau abses nifas yang terjadi pada perempuan menyusui. Berikut fakta lengkapnya...
 

Menyusui memicu benjolan di areola
Penyebab paling umum infeksi payudara adalah menyusui. Peradangan payudara selama menyusui dapat dialami oleh 2%-3% ibu menyusui dan 5%- 11% di antaranya kemungkinan mengalami abses. Namun, laki-laki dan perempuan yang tidak menyusui juga dapat memiliki benjolan di areola. Menurut dokter benjolan areola lebih sering terjadi pada laki-laki dan perempuan yang tidak menyusui daripada pada perempuan menyusui.

Abses payudara non-laktasi memiliki kaitan dengan merokok dan diabetes yang dapat terjadi pada berbagai usia. Para peneliti juga telah menunjukkan bahwa penderita obesitas serta mereka yang berkulit hitam berpeluang memiliki benjolan lebih tinggi dibanding yang lain. Selain itu, individu yang memiliki tindikan puting pun dapat memicu benjolan di areola.

 

Waspadai bakteri penyebab abses
Bakteri paling umum yang menyebabkan abses payudara pada perempuan menyusui adalah Staphylococcus aureus (S.aureus) dan spesies Streptococcus. Dilansir dari Webmd.com, dokter meneliti bahwa strain spesifik S. aureus yang kebal terhadap antibiotik metisilin kadang-kadang juga ditemukan pada benjolan di areola. Infeksi S. aureus (MRSA) yang resisten terhadap metisilin lebih sulit diobati dan memerlukan antibiotik berbeda. Sementara pada laki-laki dan perempuan yang tidak menyusui, bakteri penyebab abses payudara adalah kombinasi S.aureus, spesies Streptococcus, dan bakteri anaerob.

 

Kenali ciri-cirinya
Seseorang yang mengalami benjolan di areola mungkin akan mengeluhkan gejala seperti nyeri payudara, kemerahan di daerah tersebut, hangat saat disentuh, serta akumulasi cairan di lokasi benjolan. Ada juga yang mengeluh merasa demam, mual, muntah, drainase cairan dari puting susu, atau daerah areola kemerahan. Orang muda yang tidak menyusui cenderung merasakan nyeri payudara dibanding mereka yang berusia lebih tua.

FYI, sekitar 15%-20% orang dengan benjolan di areola akan mengeluarkan cairan dari puting. Cairan yang mengalir dari benjolan di areola pada orang berusia muda tampak encer, sedangkan pada orang lebih tua mungkin memiliki cairan yang kental.

 

Pengobatan dan solusi
Umumnya dokter akan meminta pasien melakukan USG payudara atau mammogram untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang ukuran, kedalaman, dan lokasi abses. Ketika dokter sudah mendiagnosis benjolan di areola, mereka akan memotong dan mengeluarkan cairan dari benjolan. Mereka mungkin mengambil biopsi benjolan untuk menyingkirkan kanker payudara.

Dokter akan memulai pengobatan dengan cara perawatan antibiotik jika cairan tidak dapat dikeluarkan dengan segera. Jika dokter dapat mengidentifikasi bakteri yang ada dalam sampel cairan yang dikeluarkan dari benjolan, maka antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan bakteri spesifik tersebut.

Dokter pun akan mempertimbangkan jenis antibiotik yang aman untuk diberikan kepada ibu menyusui dengan benjolan di areola. Perempuan umumnya dianjurkan untuk terus menyusui meski mendapat perawatan. Jika seseorang memiliki benjolan besar atau tanda-tanda infeksi parah, dokter mungkin mengirimkannya ke rumah sakit. Benjolan yang lebih besar ini membutuhkan pemotongan dan pengeluaran cairan di ruang operasi dan perawatan dengan antibiotik intravena.

 

PRIMA SOERATNO

 

Baca juga:
7 Perubahan Bentuk Tubuh Setelah Bunda Melahirkan

Perhatikan Nutrisi Ibu Hamil, Kurangi 5 Makanan dan Minuman Ini!

 

 



Artikel Rekomendasi