Bias Gender, Cara Asuh yang Membatasi

 

Foto: shutterstock


Mainan, warna dan tanggung jawab di rumah. Sudahkah kita membuat semua itu netral?

 

Bunda, kalau anak laki-laki Anda blusukan di dapur, bermain dengan bawang dan aneka bumbu, apa komentar Bunda? Ketika anak laki-laki bunda ikut bunda merawat tanaman yang mencintai bunga, apa  yang bunda pikirkan? 

 

Mungkin, bagi sebagian kita yang dibesarkan dengan bias gender, nyaris seluruh bidang kehidupan kita dibedakan berdasarkan gender. Sebagai anak perempuan harus anggun, feminin dan gemulai. Tomboy boleh, tapi tidak boleh berlebihan. Sebaliknya, anak laki-laki tidak boleh gemulai, gampang menangis atau main pasar-pasaran. 

 

Kesadaran Anda untuk  mengasuh anak bebas bias gender adalah hal baik. Karena apapun gendernya, anak perempuan dan anak laki-laki akan memasuki dunia yang sama; dunia kerja yang genderless - tidak dibedakan secara fisik, laki-laki atau perempuan. Bias gender akan memberikan banyak batasan bagi anak-anak kita sehingga banyak potensinya yang tidak dimunculkan. Rasa frustrasi akan muncul kelak saat mereka dewasa. 

 

Cek bias Anda

Mengapa?

Bias kita didasarkan pada gender; kita menerima pesan setiap hari tentang apa yang diharapkan dari seorang laki-laki dan perempuan. Bias-bias itu begitu tertanam, seringkali mustahil untuk menghilangkannya karena seperti melawan adat. Tetapi kalau kita sadar bias kita, kita punya peluang untuk menangkalnya.

 

Caranya?

Tinjau kembali bagaimana bias itu memengaruhi perilaku atau tindakan kita. Sadari sepenuhnya bahwa relasi, bahasa, dan perilaku yang muncul secara alamibisa saja ekspresi bias Anda. Pikirkan tentang kesimpulan seperti apa yang Anda sukai tentang pakaian anak laki-laki atau perempuan, pikiran, perasaan dan tindakan seperti apa. 

 

Coba ini

- Latihan menangkap sterotip . Mengekspos otak kita dengan gambar yang berlawanan dengan sterotip yang sebenarnya, dapat mengurangi bias yang tidak kita sadari. Temukan gambar-gambar perempuan sedang melakukan pekerjaan konstruksi, atau pria sedang merawat pasien di Rumah Sakit. Jadikan gambar itu sebagai screen saver di laptop Anda atau di screen ponsel.


Perhatikan bahasa yang Anda gunakan. Bahasa kita menyampaikan pesan tentang harapan kita yang didasarkan pada gender. Misalnya saat kita berkomentar soal cantik dan lembutnya seorang perempuan dan gagahnya seorang laki-laki, kita mengirim pesan tentang harapan kita pada anak-anak kita berdasar jenis kelamin mereka. Waspadai pernyataan yang dimulai dengan ‘semua perempuan’ atau ‘semua laki-laki’ atau ‘biasa laki-laki…”


Cek lewat teman atau anggota keluarga. Kita perlu umpan balik karena kita sering buta tehadap bias kita. Bicara dengan sahabat dan anggota keluarga tentang bias gender Anda sendiri, tanyakan kepada mereka mana yang menurut  mereka bias gender yang tidak Anda sadari. Minta anak yang sudah besar untuk memberi umpan balik bila Anda mulai berkomentar bias gender atau mengekspresikan sterotip. Melakukan ini akan mengirim pesan kepada anak-anak bahwa bias gender harus dilawan. Meski rasanya sulit menerima masukan dari anak, itu bagian dari tanggung jawab moral dalam mengasuh anak. 

 

Libatkan anak untuk menciptakan rumah bebas bias gender

Mengapa?

Sejak usia balita anak sudah menandai perbedaan jenis kelamin yang dapat berkembang menjadi pemahaman yang tajam tentang peran jenis kelaminnya. Di usia 3 tahun, anak laki-laki takut menjadi perempuan, anak perempuan takut menjadi laki-laki hanya karena bertukar atribut. Orang tua dan pengasuh dapat membentuk pemahaman tentang gender dengan mengembangkan praktek di dalam keluarga yang memperluas rasa peran gender dan bias. Misalnya “kamar anak cowok bagusnya warna ungu.” Atau, “ayo ah, anak laki-laki jangan main di dapur terus.”

 

Caranya

Kembangkan rutinitas dan kebiasaan di dalam keluarga yang menangkal dan mencegah bias dan sterotip. Bangun relasi yang kuat dengan anak, agar lebih mudah bagi anak untuk merasa nyaman mempertanyakan perbedaan, biarkan mereka tahu bahwa Anda menghargai pertanyaan, dan menjawab dengan terus terang dan bahasa yang baik. Misalnya anak bertanya, “Bunda kenapa abang nggak boleh pakai lipstik?” Atau, “Bunda, kenapa anak perempuan harus pakai rok? Kalau anak perempuan pakai celana seperti abang, bisa jadi laki-laki?”

 

Coba

- Buat rotasi. Secara proaktif mulai bicara dengan anak bagaimana pembagian tanggung jawab di dalam keluarga. Tanyakan apa yang fair dan seimbang daripada membuat asumsi tentang siapa yang mengerjakan sesuatuu bedasar jenis kelamin. Buat perputaran tugas agar setiap anggota keluarga mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam semua jenis pekerjaan. Bersedia membuat model perilaku yang tidak sesuai dengan sterotip gender. Tunjukkan pada anak laki-laki bahwa Anda bisa keluar dari zona nyaman.


Saling bertanggung jawab. Secara berkala tanyakan pada anak yang mana dalam keluarga yang mereka anggap praktik bias gender. Apakah ada harapan yang berbeda dari perempuan dan laki-laki dalam keuarga? Bila ada, mengapa? Jika anak menandai adanya bias, tanyakan apa solusinya.


Berceritalah. Ceritkan contoh-contoh ketika Anda mengalami perlakuan yang bias gender. Ceritakan juga ketika Anda merasa diperlakukan tidak adil, atau saat-saat Anda melawan perlakuan yang bias gender dan tidak adil. 


Perluas wawasannya. Sediakan buku, permainan, program TV, film, art dan sebagainya yang menunjukkan orang dari berbagai suku/ras dan budaya yang tidak menunjukkan peran gender. Paparkan pada anak perempuan dan laki-laki Anda berbagai aktivitas dan profesi. Jangan hanya berasumsi bahwa anak laki-laki pasti suka sepak bola, padahal naka laki-laki Anda suka modern dance atau hip-hop. Minta anak perempuan Anda untuk membayangkan dirinya menjadi manajer tim sepak bola putri. Minta anak laki-laki Anda membayangkan dirinya sebagai pemilik atau diektur sebuah perusahaan kosmetik. (IR)


Baca juga
Mengenalkan Kesetaraan Gender Ala Ernest Prakasa
Menerapkan Pola Asuh yang Sensitif Gender
Perbedaan Struktur Otak Anak Laki-laki dan Perempuan

 



Artikel Rekomendasi